Malam perayaan bulan purnama atau perayaan Tiong Jiu benar-benar menyisakan sebuah cerita kegembiraan bagi masyarakat Yogyakarta, khususnya yang tinggal di sekitar jalan Poncowinatan. Meskipun tampak sederhana, namun kemeriahan dan kebersamaan terlihat sejak pukul 18:00 hingga pukul 23:00 pada hari Senin malam tersebut.
Tata panggung minimalis yang apik dengan lampu warna-warni, sorotan lampu yang menyulap malam menjadi bak siang hari, membuat Klenteng Poncowinatan malam itu semakin ramai didatangi masyarakat yang ingin bersuka cita. Apalagi acara tersebut dibuka dengan pesta makan bersama sambil dimeriahkan berbagai hiburan gratis, mulai dari Operet Dewi Bulan yang mengisahkan legenda pada masa pemerintahan Kaisar Yao di tahun 2346 sebelum masehi sebagai sajian hiburan utama, kemudian ada musik, tari tradisional Cina serta atraksi liong (naga) dan samsie (Barong).
Beberapa hiburan tersebut cukup bisa membuat masyarakat menikmati hingga tertahan di lokasi acara. Suasana akrab juga terlihat antar warga etnis Tionghoa yang datang, membuat malam perayaan tersebut menjadi ajang silaturahmi antara kawan, rekan usaha, keluarga, bahkan beberapa pelajar dari Cina yang ada di Yogyakartapun ikut meramaikannya.
Kemeriahan semakin terasa menjelang akhir acara, liong (naga) tampil sebagai hiburan pamungkas memberikan sajian atraksi yang kompak dan penuh energi meski suhu udara malam itu terasa agak panas. Diakhir acara kembang api menghiasi langit berdampingan dengan sinar terang bulan purnama melengkapi malam yang penuh suka cita.
Kegembiraan mengantarkan masyarakat yang datang untuk kembali pulang, cerita yang mereka bawa akan berbeda antara satu dengan lainnya. Beberapa makna budaya dari masyarakat etnis Tionghoa sudah dibuka, harapan akan kualitas kerukunan serta kebersamaan terus dipanjatkan dalam doa. Klenteng Poncowinatan akan kembali menjadi saksi bahwa masih banyak cerita suka cita, kalau saling toleransi terus dipelihara. Salam kratonpedia.
(teks dan foto : Wd Asmara/kratonpedia)