Sega Jamblang Cirebon

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

Jamblang.jpg 

Menikmati berbagai sajian kuliner khas Nusantara yang menggunakan daun sebagai pembungkus nasi putih, sudah begitu banyak ragamnya. Salah satunya adalah Sega Jamblang (Nasi Jamblang), satu makanan khas Cirebon yang memakai pembungkus nasi dari godong (daun) Jati yang dikemas dengan menggunakan biting (lidi) yang unik.

Saat memasuki Kota Cirebon, sejauh mata memandang dengan mudah hampir di setiap sudut kota banyak dijumpai warung-warung kaki lima yang menawarkan Sega Jamblang. Menurut data dari buku kuliner khas Cirebon, ada 300-an lebih penjual Sega Jamblang, baik yang mangkal (warung) maupun yang dijajakan keliling setiap harinya.

Alkisah, Nasi Jamblang ini, diperuntukkan bagi para pekerja paksa di jaman Belanda. Saat membangun jalan raya Daendels, yang terbentang dari Anyer-Panarukan melewati wilayah Desa Kasugengan, Kabupaten Cirebon. Muasal nama Jamblang, berasal dari nama daerah di sebelah Barat Kota Cirebon tempat asal para pedagang makanan ini.

Ciri khasnya, selain memakai daun Jati sebagai pembungkus nasi, juga sajian 30-an jenis lauk-pauk yang tersaji dengan rapih secara prasmanan di meja panjang. Menunya, sambal goreng, paru, semur hati atau daging, perkedel, sate kerang, sate keong, sate udang, sate kentang, semur ikan, ikan asin, aneka olahan ayam dan telur, tahu-tempe, serta blakutak, sejenis cumi-cumi yang dimasak utuh bersama tinta hitamnya yang khas.

Pilihan daun jati sebagai bahan pembungkus itu, bukan tanpa sebab. Daun ini dikenal memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya, meskipun disimpan untuk waktu lama. Tentunya, akan lebih nikmat jika di makan secara tradisional dengan memakai tangan dan alas nasi beserta lauk-pauknya tetap menggunakan daun jati.

Sejauh ini, daun jati yang dipakai sebagai pembungkus adalah daun yang sudah berumur sekitar dua minggu, agar masih tetap lentur dan tak mudah rusak ketika dipakai untuk bungkus nasi. Hingga kini, untuk memenuhi kebutuhan daun jati, persediaan didatangkan dari dua daerah penghasil jati: Majalengka dan Subang.

Setiap harinya, untuk menyiapkan beragam jenis lauk-pauknya diberlakukan dua kali shift. Pertama, 09.00-19.00 WIB, dan kedua 19.00-07.00 WIB. Harga lauknya berkisar antara 600 hingga 6.000 rupiah. Sambal merahnya tak pedas, karena diolah dari cabai merah besar lalu diiris tipis, bawang merah, serai, lengkuas yang digoreng.

Semua tersaji prasmanan, pembeli diperbolehkan memilih dan mengambil sendiri lauk-pauknya. Penjual hanya melayani pengambilan nasi beserta sambalnya, membuat minuman atau melayani pembeli yang memesan untuk dibawa pulang. Saat membayar, pembeli hanya tinggal menyebutkan lauk-pauk yang sudah dikonsumsinya.

Saat ini, deretan para penjual Nasi Jamblang masih bisa ditemui dengan mudah di Jalan Tentara Pelajar. Wilayah yang lebih dikenal dengan area Grage Mall itu, selalu siap-sedia 24 jam non-stop dengan ratusan pengunjung setiap harinya. Di sini, sekarang ada sekitar enam warung tenda sejenis yang sudah berjualan selama puluhan tahun.

Aneka_pilihan_lauk_pauk_yang_menggoda_selera.jpg   Aneka pilihan lauk pauk yang menggoda selera

Kerang_dalam_pincuk_daun_pisang.jpg   Kerang dalam pincuk daun pisang 

Blakutak_atau_balakutek_yang_berwarna_hitam_pekat.jpg   Blakutak atau balakutek yang berwarna hitam pekat 

Pembungkus_khas_dari_daun_jati.jpg   Pembungkus khas dari daun jati 

(teks : FG. Pandhuagie foto : Wd Asmara/Kratonpedia)

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos