Rock Opera Ken Arok oleh Harry Roesli “An Educated Rock Music”

Mohamad Axel Putra Hadiningrat
Artikel oleh : Mohamad Axel Putra Hadiningrat
Foto oleh : anonymous
Pin It

Tidak banyak artikel yang menulis tentang album ini, padahal album ini adalah salah satu mahakarya Harry Roesli yang pernah ada. Karya-karya yang Harry Roesli sajikan dalam setiap karyanya seperti Phylosophy Gang (1973) , Titik Api (1975) memang sangat sarat dengan kritik sosial, seolah karyanya itu adalah curahan hati seorang Harry Roesli dan bentuk keprihatinannya terhadap kondisi Indonesia pada saat itu. Album Ken Arok yang dirilis tahun 1977 ini adalah sebuah “Concept Album” yang memiliki konsep luar biasa baik dari segi musikalitas maupun lirik-liriknya walaupun jika kita mendengarkan liriknya kita mungkin akan menganggapnya sebagai guyonan semata, namun lirik humoris tersebut sangat kental akan kritik. Concept album adalah album yang memiliki tema yang kuat dan biasanya satu album tersebut menceritakan satu cerita, Johnny Alexander juga salah satu musisi yang pernah membuat Concept Album mirip seperti Harry Roesli namun Johnny pada albumnya itu menceritakan tentang “Sengketa Keraton Demak” dan mengambil genre POP sebagai medianya.

 

Hal yang membedakan concept album Harry Roesli dan Johnny Alexander adalah cerita dan genre musiknya. Album Ken Arok Rock Opera mengangkat cerita Ken Arok serta dinamikanya saat mendirikan kerajaan Tumapel yang kemudian dikenal dengan nama Singasari sampai dengan cerita percintaannya bersama Ken Dedes, Album ini sebenarnya adalah kumpulan lagu-lagu yang dinyanyikan dalam opera drama dengan judul yang sama yang pernah dibuat Harry Roesli pada tahun 1975, namun mungkin karena opera tersebut sangat sukses, serta Indonesia pada saat itu sedang menggilai musik beraliran Rock maka diabadikanlah lagu-lagu tersebut menjadi sebuah concept album berdurasi 40 menit lebih.

 

Musik yang disajikan dalam album ini memang bergenre Rock namun jika kita lebih jeli mendengarnya album ini sangatlah experimental, ada nuansa Funk Jazz, Blues, bahkan Progressive didalam komposisi musiknya. Sangat sulit menerjemahkan part-part lagu dalam album ini, karena musiknya semua berhubungan dari awal sampai akhir, jadi bisa dibilang album ini hanya mempunyai 1 lagu yang berdurasi 40 menit. Cerita Ken Arok yang diceritakan oleh Harry Roseli sangat mewakili kebengalannya (Indorockstar Blogspot). Bagaimana tidak liriknya yang humoris dan terkesan flamboyan begitu menyegarkan telinga dan mata bagi yang saat itu menonton langsung pagelaran rock opera ini.

 

Kurangnya referensi menyulitkan saya untuk menulis tentang album ini tapi jika saya meninjau dari warna musik yang Harry Roesli sajikan dalam album ini, Harry Roesli terlihat sangat terinfluence oleh musisi dari Amerika bernama Frank Zappa namun tetap saja Harry Roesli memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dari Frank. Terutama dari lirik, Lirik-lirik yang Harry Roesli tulis jauh lebih kritis dari Frank Zappa. Dalam album ini contohnya ia mengkritik tentang fenomena Korupsi, Penipuan, Sogokan sampai ke perselingkuhan yang ia proyeksikan kedalam cerita legenda Ken Arok dan dikemas dengan nuansa humoris. Album ini menurut saya adalah “An educated rock music” yang pernah ada di Indonesia, komposisi musik yang ditampilkan begitu pintar dan terpelajar sangat mencerminkan sosok Harry Roesli sebagai akademisi musik, musik rock yang urakan dan terkesan bengal menjadi musik yang menghibur dan megah. Saya yakin musik dalam album ini akan cocok dengan telinga semua pendengar semua generasi.

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos