Buang Jong: Tradisi Penghanyutan Perahu khas Kepulauan Bangka Belitung

Angelica Chantika Herlambang
Artikel oleh : Angelica Chantika Herlambang
Foto oleh : http://www.wisatabelitungtour.com
Pin It

Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi yang terkenal dengan keeksotisan pantai-pantainya dan beberapa museum yang legendaris. Kepulauan ini terdiri dari pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil lainnya yang menambah keindahan daerah tersebut.

Akan tetapi, kebudayaan dan tradisi asli yang dimiliki oleh masyarakat asli kepulauan ini tidak kalah dengan keindahan alam yang ditawarkan. Salah satu tradisi yang populer dan mengandung keunikan serta kekhasan yang kental akan kepulauan ini adalah tradisi Buang Jong.

Tradisi Buang Jong adalah salah satu ritual kepercayaan Suku Sawang, Desa Selinsing. Suku Sawang, yang juga disebut sebagai Suku Laut berasal dari Kepulauan Riau yang dahulu hidup secara nomaden di atas perahu. Kehidupan Suku Sawang sekarang adalah kebanyakan berprofesi sebagai nelayan, sesuai dengan nama suku tersebut. Jong sendiri memiliki arti perahu, dan tradisi Buang Jong adalah tradisi yang dilakukan masyarakat setempat untuk menghanyutkan perahu miniatur buatan ke laut.

Tradisi Buang Jong ini memiliki beberapa prosesi dimana diawali dengan pembuatan miniatur perahu yang dipercaya sebagai bentuk personifikasi atau sebagai media penghubung dengan Sang Pencipta. Jong tersebut terbuat dari kayu jeruk atau bambu dan nantinya perahu harus diisi dengan nahkoda-nahkodaan, rumah-rumahan dan berbagai jenis makanan.

Setelah pembuatan perahu-perahu tersebut selesai, maka pada malam hari upacara tradisi tersebut dimulai yang diawali dengan bacaan mantera atau doa dari dukun adat. Lalu kemudian, masyarakat asli Suku Sawang baik laki-laki maupun perempuan, dan baik yang muda maupun yang tua, bersama-sama dan dengan riang gembira menyanyikan syair-syair yang memiliki unsur magis sambil mengelilingi perahu-perahu miniatur sambil diiringi dengan musik tradisional suku tersebut.

 Sambil menari dan bernyanyi-nyanyi, beberapa laki-laki terlihat memanggul perahu-perahu miniatur tersebut dan beberapa orang lainnya terlihat kehilangan kesadaran karena dipercaya bahwa mereka dirasuki oleh arwah para leluhur yang juga ikut hadur saat upacara tersebut dilaksanakan.

Acara tersebut berlanjut hingga subuh dimana ritual tersebut berakhir. Kemudian puncak dari ritual ini pun dimulai dengan arak-arakan membawa perahu-perahu miniatur dengan beberapa kendaraan menuju pantai lokasi penghanyutan Jong yang telah dibuat. Setelah sampai di lokasi, kemudian dukun adat membacakan beberapa mantera untuk persiapan pelepasan perahu-perahu miniatur tersebut yang diikuti dengan tarian tradisional oleh para pemuda dan pemudi masyarakat asli Suku Sawang. Setelah waktu dirasa tepat untuk melepaskan dan menghanyutkan perahu-perahu tersebut, makan perahu-perahu itu kemudian diarak untuk dilepas di tengah laut.

Tradisi ini biasa dilakukan saat angina musim barat bertiup yaitu disekitar bulan Agustus sampai November dimana cuaca sangat buruk, angin yang bertiup kencang dan ombak sedang pasang. Penduduk Suku Sawang percaya bahwa dengan dilaksanakannya tradisi ini maka cuaca akan membaik karena mereka percaya bahwa ritual ini dapat menenangkan dewa penguasa laut dan lewat ritual ini pula mereka dapat memohon keselamatan dari dewa penguasa laut tersebut dengan sengaja menghanyutkan perahu.

Unik bukan tradisi tersebut? Tradisi ini ternyata membangkitkan wisata budaya yang tidak hanya mengundang wisatawan dari dalam negeri saja, melainkan juga dari mancanegara.

Jika anda penasaran dengan kebudayaan dan kesenian unik lainnya dari Kepulauan Bangka Belitung dan kesulitan untuk datang ke provinsi tersebut secara langsung, anda dapat mengunjuni Taman Mini Indonesia Indah dimana terdapat anjungan Bangka Belitung yang berisi banyak hal yang berkaitan dengan kepulauan tersebut. Anda dapat mengetahui lebih banyak lagi mengenai Kepulauan Bangka Belitung, seperti rumah adatnya, pakaian adat, senjata khas, hasil karya masyarakat asli daerah tersebut dan lain sebagainya.

Tarian-tarian tradisional dan makanan khas provinsi tersebut juga sering dipamerkan dan dijajakan di anjungan tersebut pada hari Minggu dan beberapa hari libur yang ditentukan.

Seru, bukan? Jadi, tunggu apa lagi?

 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos