Seluk Beluk Istana Kesultanan Pontianak

Harris Syahjohan
Artikel oleh : Harris Syahjohan
Foto oleh : Google Image
Pin It

Tahukah anda bahwa Istana Kadriah yang berada di pinggiran sungai terpanjang di Indonesia adalah cikal-bakal dari lahirnya Kota Pontianak? Pontianak merupakan ibukota dari Provinsi Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. Kota ini juga dikenal sebagai salah satu kota khatulistiwa karena dilalui oleh garis lintang nol derajat yang membagi bumi menjadi dua bagian antara utara dan selatan. Selain itu, kota Pontianak juga dilalui oleh sungai kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia.

Istana Kadriah yang merupakan Istana terbesar di Provinsi Kalimantan Barat ini  terletak kurang lebih 4km dari pusat kota dan terletak di Kampong Dalam Bugis, kecamatan Pontianak Timur. Istana  ini di dirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri sekaligus sebagai pendiri Kota Pontianak pada 14 Rajab 1185H atau 23 Oktober 1771M. Tanggal tersebut juga bertepatan dengan  hari jadi Kota Pontianak yang selalu dirayakan setiap tahun.

Keberadaan Istana yang terletak di tepian persimpangan antara sungai Kapuas dan sungai Landak ini sempat mengalami beberapa proses renovasi dan rekonstruksi. Namun keaslian arsitektur bangunan serta barang-barang peninggalannya tetap terjaga hingga saat ini.

Arsitektur Istana Kadriah dipengaruhi oleh beberapa perpaduan budaya seperti Melayu, Kolonial Belanda dan Timur Tengah. Pada bagian atas pintu utama terdapat lambang bintang dan bulan sabit. Konstruksi Istana hampir semuanya menggunakan kayu besi, sehingga memiliki ketahanan yang sangat kuat dan lama. Seperti ciri khas bangunan lokal di Pulau Kalimantan pada umumnya, bangunan istana juga memiliki kolong yang agak tinggi untuk menghindari banjir dan binatang buas. Istana yang terdiri dari empat lantai ini memiliki sebuah anjungan yang berorientasi ke sungai. Bagian utama lantai berdenah segi empat, dikelilingi oleh serambi. Keberadaan serambi yang mengelilingi lantai ruang utama ini juga merupakan bagian dari ciri khas bangunan tropis.

Istana kadriah memiliki tiang-tiang bagunan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan iklim setempat serta kebiasaan yang sudah turun temurun di pulau Kalimantan. Tinggi tiang penyangga rumah sekitar dua sampai dua setengah meter.   Tinggi rumah induk bagian atas sekitar tiga atau tiga setengah meter. Suasana di dalam ruangan terasa sejuk dan segar karena memiliki banyak jendela serta lubang angin (ventilasi). Jendela pada Istana Kadriah disebut dengan sebutan Tingkap atau Pelingkuk. Bentuknya sama seperti bentuk pintu, tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih rendah. Lantai ruangan bagian utama lebih tinggi dibandingkan dengan lantai beranda depan dan beranda belakang. Lantai beranda lebih tinggi dari lantai selasar. Lantai selasar lebih tinggi dari  lantai dapur. Demikian pula beranda belakang. Lantai dapur lebih rendah lagi dari lantai beranda belakang dan yang paling rendah adalah lantai Selang atau Pelataran. Lantai selang dibuat jarang berjarak sekitar dua jari dengan lebar papan empat inci. Papan dinding dipasang vertical. Tangga istana menghadap ke jalan umum. Kaki tangga terhunjam ke dalam tanah atau diberi alas dengan benda keras. Bagian atas disandarkan miring ke ambang pintu dan terletak di atas bendul. Anak tangga dapat berbentuk bulat. Anak tangga kebanyakan berjumlah ganjil. Sebab menurut kepercayaan, bilangan genap kurang baik artinya. Tangga depan selalu berada di bawah atap dan terletak pada pintu serambi muka atau selang muka. Tangga penghubung setiap ruangan terdiri atas satu atau tiga buah anak tangga. Di sebelah kiri dan kanan tangga ada kalanya diberi tangan tangga yang dipasang sejajar dengan tiang tangga. Dan selalu diberi hiasan berupa Kisi-kisi Larik (Bubut) Anak tangga adakalanya diikat dengan tali kepada tiang tangga. Tali pengikat terbuat dari rotan.

sudut_sudut_Istana_Kadriah.jpg

Source foto: www.wisatamelayu.com

Posisi Istana yang menghadap ke arah matahari terbit juga mengandung pengharapan akan berkah dan rahmat seperti halnya matahari pagi yang bersinar cerah. Dari halaman depan dapat dilihat anjungan, yaitu ruangan yang menjorok ke depan yang dahulunya digunakan sultan sebagai tempat istirahat atau menikmati keindahan panorama Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Di sana, juga terdapat sebuah genta yang dulunya berfungsi sebagai alat penanda marabahaya. Di samping kanan anjungan, terdapat sebuah tangga yang menghubungkan teras istana dengan anjungan.Di atas pintu utama istana, terdapat hiasan mahkota serta tiga ornamen bulan dan bintang sebagai tanda bahwa Kesultanan Pontianak merupakan Kesultanan Islam. Balairungnya, atau sering juga disebut dengan balai pertemuan, didominasi oleh warna kuning yang dalam tradisi Melayu melambangkan kewibawaan dan ketinggian budi pekerti. Di ruang yang biasanya dijadikan tempat melakukan upacara keagamaan dan menerima tamu ini, pengunjung dapat melihat foto-foto Sultan Pontianak, lambang kesultanan, lampu hias, serta singgasana sultan dan permaisuri.

Sisi Istana Kadriah.jpg
Source foto:www.perahukayu.wordpress.com

Di sebelah kanan dan kiri ruang utama terdapat 6 kamar berukuran 4 x 3,5 meter dimana salah satunya merupakan kamar tidur sultan. Sedangkan kamar-kamar lainnya dahulunya dijadikan sebagai ruang makan dan kamar mandi. Di belakang ruang istana terdapat sebuah ruangan yang cukup besar. Diruangan ini dapat melihat benda-benda warisan Kesultanan Pontianak, seperti senjata, pakaian sultan dan permaisurinya, foto-foto keluarga sultan, dan arca-arca.

Ruang Utama Istana Kadriah.jpg

Source foto: www.indungsia.wordpress.com

Keanggunan istana seluas 60 x 25 meter yang terbuat dari kayu belian pilihan ini sudah terlihat dari bagian depannya. Pengunjung akan terkesan dengan halamannya yang luas dan bersih, serta rumputnya yang tertata rapi dan terawat dengan baik. Di sisi kanan, tengah, dan kiri depan istana, pengunjung dapat melihat 13 meriam kuno buatan Portugis dan Perancis.

Sekitar  200 meter di sebelah barat dari Istana Kadriah terdapat masjid kerajaan yang bernama Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman. Masjid ini pertama kali dibangun oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri, sultan pertama Kesultanan Pontianak. Istana Kadriah sangat mudah dijangkau karena letaknya yang tak jauh dari pusat kota. Dapat menggunakan angkutan umum dengan hanya membayar Rp2.500,00 untuk menuju ke Pontianak Utara dan berhenti di gerbang istana paling luar. Jarak dari gerbang ke luar istana cukup jauh. Bila tak ingin kelelahan, naik becak menjadi pilihan yang menyenangkan. Sekitar 1,5 km dari gerbang istana paling luar terlihat plang besar berwarna kuning bertuliskan ‘Istana Kadriah’ yang mengarah ke gerbang dalam istana. Dari gerbang dalam yang berupa lorong, kita bisa melihat istana yang indah dan tetap kokoh meskipun sudah berusia tua. Hampir seluruh bagian istana dibangun menggunakan kayu belian pilihan sehingga kuat bertahan hingga saat ini.

 

 

Source Article:

http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.com/

http://wisatapontianak.com/

http://m.melayuonline.com/ind

 

 

 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos