Inspirasi Kreasi Inovatif: Pengalaman Murid-Murid SMU HighScope Indonesia by Praya Prayono

Foto oleh : Kandi Windoe
Pin It

Hari Rabu tanggal 16 Desember 2015 murid-murid SMU HighScope Indonesia, TB Simatupang telah menyambut dengan hangat kemeriahan suasana acara Lomba Bertutur Lewat Mading yang diselenggarakan oleh Kotex dari Kimberly Clark Indonesia. Dari luar tempat acara terdengar obrolan anak-anak, bercampur aduk menjadi seribu dengungan suara, dengan beberapa murid mencelotehkan komentar dan pertanyaan tentang  dekorasi gedebok pisang dan berbagai macam wayang yang menjadi atraksi mata serta lukisan-lukisan tangan (wayang beber) yang dipamerkan di dinding dan jendela lokasi. Mereka menunjuk kepada panggung yang tampak siap untuk menjadi serambi pertunjukkan seni, yang dikabarkan akan dipersembahkan oleh teman-teman mereka dari PERMISHI (Persatuan Musik Sekolah HighScope Indonesia) dan seorang seniman asli, bernama Azis Franklin. Azis tampak seru menjadi bahan obrolan murid-murid dengan alat musik tradisional yang dimainkannya, sebuah alat musik senar yang menyerupai gitar yang bernama Sampek. Lantunan lagu tradisional yang dibawakannya menjadi iringan obrolan anak-anak. Alat musiknya beserta nyanyian lantang oleh Azis memperdalam nuansa Indonesia yang ditunjukkan oleh dekorasi-dekorasi ditambah dengan lantunan musik tradisional dan fusion (tradisional dan modern) menjadi pengisi waktu yang sesuai sambil menunggu acara dimulai.

 12366422_10153362558392199_6876124975997699241_n.jpg

 12359951_10153362558332199_7184200503985299250_n.jpg

4.png

Memasuki tempat acara, para siswa/i dipersilahkan untuk membuka sepatu sebagai bentuk praktek lesehan, atau suasana kedaerahan dan kesederhanaan yang menjadi salah satu dasar budaya dan adat tradisional Indonesia. Kedua MC acara, murid-murid HighScope bernama Rafael Aditya dan Assyla Ridha mengalihkan sorotan mata peserta acara dari dekorasi dan obrolan teman-teman mereka. Acara dimulai dengan tepuk tangan yang menggelegar, menyambut kehadiran Ms. Callie Mackenzie, sang Kepala Sekolah. Setelah apresiasi dari Ms. Callie, disambut lagi presentasi dari Kotex oleh Mbak Ami Damayanti (perwakilan dari Kotex). Seminar kecil ini menyampaikan kegunaan produk-produk dari Kotex serta mendukung aktifitas wanita-wanita muda yang sibuk serta memberikan solusi untuk para wanita yang merasa kesulitan untuk tetap aktif pada saat halangan dengan menggunakan produk mereka. Para peserta mendapat informasi yang lebih tentang brand dan produk-produk mereka. Siswi perempuan akan mendapat goodie bag berisi produk-produk Kotex dan siswa laki-laki pun mendapat informasi tambahan yang informatif serta sertifikat mengikuti acara. Pihak acara juga membagikan flyer berisi informasi tambahan untuk lomba Mading, fotografi dan video pada saat pidato Ms. Calllie.

1.png 

Setelah persembahan materi dari Kotex,  seniman Azis Franklin dipersilahkan kedua MC untuk memperagakan seni bertutur, yaitu menceritakan dongeng tradisional Indonesia dengan menggunakan wayang dan media gambar-gambar yang diperlihatkan di layar putih melalui proyektor. Azis menunjukkan keluwesan dan kegesitannya dalam menggerakan wayang, dan peserta-peserta yang hadir pun terbawa dalam candaan dan pembawaan seniman yang memikat perhatian. Cerita-cerita yang dibawakannya berisi legenda dewa-dewi kuno Indonesia (Ande-Ande Lumut dan Dewi Sekartaji) penuh dengan moral dan makna serta fabel yang menghibur dan diperankan oleh Azis dengan memanipulasi suaranya menyerupai berbagai macam binatang. Cerita-cerita tersebut dapat menarik perhatian murid-murid yang jarang mendengar kisah-kisah tradisional selain yang sudah terbiasa dibawakan seperti Malin Kundang atau Jaka Tarub. Azis menyampaikan kisah-kisah tradisional dengan gaya yang menarik dan sangat mendukung partisipasi murid-murid, sehingga penonton tidak merasa bosan dengan cerita yang dibawakan. Penggunaan media peraga, seperti wayang, topeng dan pakaian seniman tersebut menjadikan penampilannya sebagai pertunjukan seni asli dan tidak setengah-setengah. Murid-murid pun menjadi tertarik mendengarkan cerita yang tidak biasa disampaikan, dan senang melihat Azis dengan gayanya yang hangat dan mengundang tawa. Murid-murid tampak santai duduk di lantai dan memakai batik untuk menunjukkan keragaman budaya Indonesia.

 12345594_10153473211129055_2831519020162937716_n.jpg

 12321609_10153473230784055_8829322872230812166_n.jpg

Setelah pertunjukkan seni oleh Azis, ia secara detil menjelaskan pentingnya melestarikan seni bertutur kepada murid-murid. Azis dengan cermat memperagakkan berbagai macam metode untuk menyampaikan sebuah cerita dengan menarik dan menghibur. Seni bertutur diartikan sebagai seni menceritakan sebuah kisah yang memiliki makna dan pesan yang berarti, dan lebih memikat imajinasi penonton dibandingkan hiburan biasa. Agar tidak membosankan, Azis tetap mempresentasikan bahasan kecil tersebut dengan gaya khasnya yang ceria dan penuh canda. Kemeriahan acara ditambah dengan dinyanyikannya lagu ‘Happy Birthday’ untuk dua murid HighScope, dan menunjukkan kekompakan siswa/i. Kedua MC dengan semangat menyampaikan doa-doa dan harapan untuk kedua murid yang ulangtahun untuk mengisi waktu menunggu set-up oleh band PERMISHI yang akan tampil. Band yang bernama XNY dengan santai membawakan dua lagu sambil mempersilahkan peserta untuk memakan cemilan tradisional Indonesia (jajanan pasar) yang sudah disiapkan diatas lembaran-lembaran daun pisang yang lebar dan hijau. Para peserta dipersilahkan untuk berjalan-jalan dan menikmati suasana. Murid-murid mendapat jeda sejenak dari pertunjukkan budaya Indonesia dan mendengarkan dua lagu modern yang dibawakan band tersebut. Mereka tampak senang menikmati musik yang dibawakan oleh band dan memberi tepuk tangan yang besar setelah selesai.

 3.png

Sambil membuka agenda selanjutnya, penyampaian aturan lomba oleh Kandi Windoe, para MC mempersilahkan peserta untuk kembali masuk ke dalam tempat acara dan mengumumkan bahwa waktu mulai lomba Mading akan segera dimulai. Para peserta terlihat tertarik mendengar penjleasan tentang definisi dan keterangan mading, sebuah karya seni yang jarang terdengar dan tidak sering dilakukan di sekolah. Mereka juga sangat konsentrasi dalam mendengar penjelasan tentang komponen-komponen penilaian yaitu muatan nilai pesan (40%) yang dinilai oleh representatif dari HighScope, muatan bertutur (35%) yang dinilai oleh Azis Franklin, dan muatan estetika (25%) yang dinilai oleh representatif dari Kotex. Setelah penjelasan tentang peraturan lomba Mading, fotografi dan video, murid-murid berukumpul dengan grupnya masing-masing dan mulai mengerjakan Mading mereka. Setiap grup diberi nomer urutan secara acak untuk waktu peniliaian. Grup yang terbentuk sebanyak 12 grup, dengan jumlah peserta yang berbeda-beda.

 10550180_10153362558532199_3553771256492574857_o.jpg

Tema acara secara keseluruhan mencondong kepada budaya dan seni Indonesia, memamerkan keragaman kultur Indonesia yang dihubungkan kepada isi dan pesan yang diharapkan dalam produk . Sudah banyak anak-anak muda Indonesia yang merasa “asing” terhadap budaya mereka sendiri, tidak menyadari adanya nilai-nilai kearifan lokal (toleransi, budi pekerti, keteladanan, keselarasan, dan keharmonisan). Maka, tema “Kreasi Inovatif” akan mengajak para peserta untuk memadukan unsur-unsur tradisional dan modern untuk menciptakan sebuah “pintu masuk” bagi generasi muda untuk mengenali dan mempelajari seni budaya milik bangsanya. Seni bertutur yang dilakukan oleh Azis Franklin diharapkan menjadi inspirasi dan sumber inovasi untuk peserta. Nuansa Indonesia pun menjadi salah satu bahan yang dapat dimasukkan dalam mading untuk memberi dukungan kepada budaya Indonesia dan wanita-wanita muda Indonesia. Wanita-wanita Indonesia sering terlihat kurang direpresentasikan dalam lingkungan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Dengan tema kreasi inovatif , murid-murid diharapkan untuk dapat menyampaikan pesan-pesan positif tentang kalangan wanita-wanita muda dan bertutur lewat mading secara langsung pada saat penjurian. Ricuh suara peserta pun bercampur aduk dengan musik yang mengiringi acara ketika lomba Mading sudah dimulai. Para siswa/i dengan semangat mengumpulkan bahan-bahan mading yang telah disiapkan di bagian belakang ruangan, mulai dari alat-alat biasa seperti gunting, cat, lem dan pensil dan yang lebih unik seperti beras dan biji-bijian, potongan-potongan kain, serabut kelapa, batu hias, dan lain-lain. Setiap grup yang berisi maksimal 10 orang terlihat sibuk mendiskusikan konsep pesan serta desain yang akan disampaikan di mading mereka. Lirikan dan sorotan tajam terhadap kelompok lain juga dilakukan oleh peserta-peserta yang berambisi memenangkan hadiah utama. Jepretan hasil kamera dan handphone juga banyak terdengar disana-sini ruangan. Para peserta terlihat senang membuat mading, yakni sebuah instalasi seni yang berupa hasil dari kreativitas dan imajinasi mereka sendiri. Murid-murid dengan riang dan santai duduk di lantai dan mengobrol dengan teman-teman mereka, terbawa dengan suasana yang ramai dan seperti perkumpulan biasa, namun tidak lupa dengan karya dan cerita yang mereka harus siapkan. Ketika waktu yang diberikan sudah selesai, masih banyak peserta yang memilih untuk menyelesaikan mading mereka terlebih dahulu sebelum menyantap makan siang.

 5_1.png

 12373305_10153473415889055_7735845985864298865_n.jpg

 12376207_10153473337109055_4851077439562659907_n.jpg

12376516_10153473477739055_8003097310855490409_n.jpg 

Diluar ruang acara, terdapat sketsel-sketsel hitam dengan aksen emas untuk menggantung karya-karya para peserta. Sketsel tersebut dibawa masuk ruangan dan para peserta menyiapkan mading mereka, hasil dari kerja keras mereka selama 3-4 jam. Biji-bijian dan batu hias tajam yang berserakan dilantai telah diumumkan oleh para MC dan dijadikan himbauan bagi para peserta. Tumpahan cat dan bahan-bahan mading lainnya yang sudah berantakan di laintai telah menjadi bukti akan semangat peserta. Grup 1-6 dipanggil untuk mempresentasikan mading-mading mereka, lengkap dengan seni bertutur dan moral yang bermakan untuk dinilai. Setelah grup 1-6 sudah selesai, grup yang tersisa dipanggil kedepan. Terdengar banyak tawa yang menggelegar pada saat cerita dan isi mading yang lucu, dan juga renungan untuk penonton ketika mading yang serius dan penuh arti telah selesai mempresentasikan karya seni mereka.

 12341385_10153473562059055_3796935804360012280_n.jpg

 12346575_10153473559174055_902458959504189741_n.jpg

 12359934_10153473568979055_7411445648799726338_n.jpg

12376165_10153473564834055_7759011545607715375_n.jpg 

Setelah juri sudah selesai memberikan penilian untuk setiap karya mading, para MC mengundang dua band PERMISHI untuk mengisi waktu sambil memproses hasil penilaian. Mading-mading dipindahkan ke sebelah kanan tempat agar penonton dapat melihat band-band dengan jelas. Terdengar lagi tepukan tangan yang meriah, menyambut penampilan oleh teman-teman sekelas. Kegelisahan mereka akan pengumuman pemenang agak reda dengan hiburan musik yang meriah. Guru-guru pun menjadi sumber hiburan yang tak terduga, dengan ajakan MC untuk bebas memanggung ternyata mengungkapan talenta guru-guru di bidang musik, dengan banyak guru yang memperlihatkan keterampilan mereka memainkan alat-alat musik. Suasana menjadi lebih seru, mirip dengan festival seni dan budaya.

 12376700_10153362558447199_372694482072868104_n.jpg

Setelah pengumuman pemenang lomba mading dan fotografi online, para pemenang dengan langsung diberi hadiah dan apresiasi dari representatif dari penyelenggara acara. Karya-karya mading tetap dipajang di lokasi sebagai atraksi foto-foto dan menjadi sumber kebanggaan bagi para peserta. MC dengan gesit mengundang lagi hiburan musik untuk meningkatkan kemeriahan suasana, dan acara pun ditutup dengan berakhirnya lagi terakhir serta penutup dari para MC, ucapan terima kasih bagi penyelenggara dan peserta acara.

 12360373_10153473639529055_3099586522380106715_n.jpg

 2.png

 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos