Piramida Di Ujung Bukit Gumeng

Foto oleh : Stefanus Ajie
Pin It

Di_antara_Bukit_dan_Jurang.jpg

Semak dan dedaunan masih basah oleh dinginnya embun pagi ketika memulai perjalanan ini.  Sebuah perjalanan menyusuri jalan setapak di tengah hutan, di lereng Gunung Lawu. Jalanan setapak berkelok, kadang naik kadang turun, menembusi rimbunnya pepohonan hutan yang banyak dipadati oleh pohon-pohon pinus. Disela-sela pepohonan itu, tampak terhampar dengan begitu indahnya rerumputan liar, belukar dengan bunga-bunga kecilnya yang berwarna violet, tumbuhan paku-pakuan serta lumut yang menjalari batang pohon dan bebatuan. Udara dingin yang menyejukan, suara-suara alam dari gemerisik dedaunan, kicauan burung, suara ayam alas dan monyet yang sesekali terdengar, menyemangati setiap langkah untuk menapaki jalanan yang medannya semakin berat.

Jalan_Setapak_Menyusuri_Hutan.jpg   Jalan setapak menyusuri hutan 

Langkah kaki membawa perjalanan menuju daerah perbukitan yang lebih terbuka di kaki Gunung Lawu. Dari tempat itu bisa lebih leluasa menyapukan pandangan ke sekeliling, menikmati keindahan panorama lembah, bukit, dan hutan.  Langkah harus lebih hati-hati di tempat itu karena jalan setapak yang dilewati berada di tepian bukit yang berbatasan langsung dengan jurang. Jalan setapak tersebut tidak terlalu lebar, hanya sekitar 50 cm dan di beberapa tempat terdapat bebatuan yang menyembul menghalangi jalan. Setelah menyusuri sisi bukit, perjalanan berlanjut dengan turun ke arah lembah dimana di dasarnya terdapat sebuah sungai kecil yang dipenuhi dengan bebatuan. Dari bukit, lembah menuju bukit lagi diseberang sungai kecil tadi, jalan kembali menanjak curam, dimana ada sebuah bangunan candi kuno berbentuk piramid, berdiri megah dipuncaknya.

Melewati_Sungai_Kecil.jpg   Melewati sungai kecil 

Di antara sela-sela pepohonan di puncak bukit tersebut, tampaklah sebuah bangunan yang tersusun dari bebatuan, yang dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai Candi Kethek. “Kethek” adalah kata dalam bahasa Jawa untuk menyebut Monyet atau Kera. Candi tersebut dinamai dengan Candi Kethek karena dipuncak candi dahulunya terdapat arca hanoman, kera putih dari epos Mahabarata dan Ramayana. Selain itu, hutan di sekitar candi sering pula di datangi monyet-monyet liar. Candi Kethek memiliki keunikan dalam struktur bangunannya yang berbeda dari candi-candi lain di Nusantara. Candi tersebut berbentuk piramid, yang dari struktur bangunannya bisa dikategorikan sebagai small stepped pyramid. Stepped pyramid adalah versi lebih modern dari bangunan punden berundak yang banyak dibangun pada era Megalithicum. Gaya dan struktur piramid semacam itu muncul di era awal kebudayaan Mesir Kuno dan Piramida yang dibangun oleh suku Maya, Aztec dan Inca.  Dari keseluruhan batu yang menjadi penyusun candi, hanya satu buah batu di tangga paling bawah yang mempunyai relief berbentuk ornament. Bebatuan lainnya adalah batu-batu gundul, yaitu batu polos tanpa relief atau pahatan patung-patung seperti candi-candi lain pada umumnya.

Piramida_di_antara_Pepohonan_Hutan.jpg   Piramida di antara pepohonan hutan 

Candi Kethek terletak di sebelah timur Candi Cetho, tepatnya di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Peneletian arkeologis awal tentang candi tersebut menyatakan bahwa Candi Kethek adalah Candi Hindu yang dibangun sekitar abad ke 15. Perkiraan tersebut berdasarkan temuan arca kura-kura simbol Dewa Hindu dalam Kisah Sudhamala yang juga terdapat di candi Cetho dan Sukuh. Kemiripan struktur bangunan candi dengan Candi Sukuh dan Candi Cetho memunculkan asumsi bahwa Candi Kethek dibangun di era yang sama oleh tokoh yang sama pula, yaitu pada masa akhir Kerajaan Majapahit, ketika Raja Brawijaya mengasingkan diri ke Gunung Lawu untuk menghindari serbuan Kerajaan Demak. Ada mitos yang berkembang di masyarakat sekitar candi bahwa konon Candi Kethek adalah dampar atau singgasana dari Raja Brawijaya.

Piramida_Candi_Kethek.jpg   Piramida candi Kethek 

Seperti tempatnya yang tersembunyi diantara hutan dan perbukitan, Candi Kethek masih menyembunyikan banyak misterinya.  Misteri dari struktur unik candi yang berbentuk piramida atau bahkan misteri dari kisah Brawijaya yang dikisahkan moksa di puncak Gunung Lawu, selalu menggelitik rasa ingin tahu bagi orang-orang yang mengunjunginya. Tersembunyi, itulah kata kunci yang menjadi daya tarik utama dari keberadaan Candi Kethek. Hutan, bukit, lembah, kabut, sungai, jurang dan segala unsur bentangan alam yang seolah menyembunyikannya, merupakan kesatuan unsur yang seolah menjadi pelindung setia Candi Kethek. Salam Kratonpedia.

Relief_di_Kaki_Candi.jpg   Relief di kaki candi 

Tangga_Utama.jpg   Tangga utama terdiri dari susunan batu yang menyerupai mozaik

Teras_Bertingkat_tingkat.jpg   Teras bertingkat-tingkat 

Lembah_dan_Bukit_berselimut_Kabut.jpg   Lembah dan bukit berselimut kabut seakan ikut menjaga keberadaan Candi Kethek 

(teks dan foto : Stefanus Ajie/Kratonpedia)

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos