120 Menit Mengenal Puhsarang

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

Lesehan_di_Poh_Sarang.jpg

Desa Puhsarang berjarak kurang lebih 9 Km ke arah barat dari kawasan jalan Dhoho pusat kota Kediri. Kalau ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi membutuhkan waktu 20 menit dengan melewati jalanan yang tidak terlalu ramai dan kondisinya bagus. Lokasi desa terletak di daerah yang lebih tinggi dari kota Kediri, jalanannya menanjak dan makin mengecil. Perjalanan melalui jembatan menyeberangi sungai Brantas hingga ke terminal Tamanan. Dari terminal Tamanan ini rute menuju Puhsarang akan lebih mudah lagi karena banyak rambu jalan yang memberikan penunjuk arah.

Desa Puhsarang sebenarnya tidak terlalu banyak berbeda dengan desa pada umumnya. Keistimewaannya dikarenakan di desa ini berdiri sebuah bangunan Gereja yang mempunyai keunikan bentuk dan material lokal yang digunakan. Sebelum mencapai lokasi, ada sebuah tempat persinggahan yang berada 800 meter dari Gereja Puhsarang, tepatnya di depan Masjid Puhsarang, terdapat pondok-pondok yang menjual makanan khas Kediri, yaitu nasi pecel tumpang. Meski berada di daerah pebukitan yang posisinya lebih tinggi dari kota Kediri, desa ini bukanlah termasuk daerah yang berhawa dingin,  jadi disaat siang hari cuaca panaspun masih terasa menyengat. Di lokasi persinggahan ini bisa menikmati pecel tumpang dengan lauk peyek teri dan krupuk pasir, dan bisa menikmati pula kesegaran es dawet mutiara, 20 menit cukup untuk sekedar mencicipi citarasa persinggahan ala desa Puhsarang ini.

Pecel_tumpang_peyek_teri_krupuk_pasir_tahu.jpg   Pecel tumpang, peyek teri, dan krupuk pasir ala desa Puhsarang

Dawet_mutiara.jpg   Dawet mutiara 

Gereja Puhsarang yang terletak berseberangan bukit dengan Masjid Puhsarang tersebut adalah Gereja Khatolik yang dibangun pada tahun 1936 oleh Ir. Hericus Maclaine Pont yang juga arsitek perancang Museum Trowulan yang sudah hancur pada tahun 60-an. Jadi konon ada kemiripan bentuk bangunan antara Gereja Puhsarang dengan museum Trowulan. Model atapnya berupa cungkup dengan genteng yang tertata rapi dengan kemiringan kira-kira 45 derajat membuat bangunan tampak tinggi menjulang. Gaya Majapahit yang sering dibicarakan para pengunjung sebenarnya lebih terlihat pada pemanfaatan batuan kali bulat yang disusun menjadi gerbang, pagar, pondasi berundak dan halaman serta jalanan setapaknya. Gaya tersebut juga terdapat dalam gaya rumah adat Bali Aga di desa Batuan. Di Gereja Puhsarang ini batuan yang digunakan berasal dari sungai Kedak yang berada di daerah tersebut, batu-batu bulat dengan kemiripan ukuran ini menjadi ciri khas keunikan gaya arsitekturnya.

Gereja_Poh_Sarang.jpg   Gereja Puhsarang dengan gaya arsitektur yang asri dan batu-batu kali yang memperindahnya

Gedung_Serbaguna_Emaus.jpg   Pendopo Emaus Gereja Puhsarang

Gereja Puhsarang yang teduh dengan hijaunya pepohonan ini bisa dinikmati untuk sekedar santai dan melihat-lihat keindahan gaya bangunannya yang unik. Paling sedikit dibutuhkan waktu 30 menit untuk melihat atau mengenali keunikan eksterior bangunan Gereja Puhsarang, dan inspirasi atas keunikannya akan terbawa dalam perjalanan pulang. Saat meninggalkan Gereja Puhsarang, kurang lebih 1,5 Km perjalanan terdapat sebuah pondok yang tidak terlalu besar, tapi cukup mencolok dengan tulisan ‘Tahu Takwa Khas Kediri’. Susunan batu-batu kali yang mendominasi bangunan luar Gereja Puhsarang masih teringat jelas disaat menunggu matangnya tahu goreng khas Kediri tersebut. Tahu takwa yang berwarna kuning kunyit dengan tekstur padat atau kenyal ini diwariskan oleh pelopornya, yakni Lauw Soe Hoek atau Bah Kacung pada tahun 1912, dan akhirnya menjadi kebanggaan masyarakat Kediri sebagai oleh-oleh khas daerahnya hingga sekarang. Tapi sebenarnya ada jenis tahu yang lebih enak menjadi kudapan disaat santai, yaitu tahu pong yang gurih dan berkulit renyah tapi bertekstur lembut di dalamnya.  Tak begitu lama, akhirnya tahu pongpun sudah diangkat dari penggorengan, tahu pong enak dinikmati selagi masih hangat,  dengan lalap cabai rawit hijau dan kecap pedas, akhirnya tak terasa sudah 30 menit berada di pondok di daerah Puhsarang ini. Sebuah akhir perkenalan dengan desa yang tidak berada jauh dari kota Kediri, dan membawa pulang banyak inspirasi akan keunikan bangunan dengan pemanfaatan kekayaan lokal. Salam Kratonpedia.

Tahu_Takwa.jpg   Tahu Takwa khas Kediri dengan pewarna kuning dari kunyit

Tahu_pong_hangat.jpg   Tahu pong yang lebih renyah dengan tekstur lembut di dalamnya 

(teks dan foto : Wd Asmara/Kratonpedia)  

 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos