Siwalan Membawa Berkah

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

1.jpg

Sejak tahun 1960 seorang seniman pelopor di sebuah desa adat Tenganan daerah Kabupaten Karangasem Bali bernama I Made Mudita membuat karya kerajinan lukis dengan media daun lontar. Dan selama 51 tahun kerajinan lukis daun lontar ini bertahan dan tetap bisa menopang hidup bagi beberapa warga desa Tenganan sampai sekarang.

Daun lontar bagi masyarakat Jawa jaman dulu dan juga beberapa masyarakat pedesaan di masa sekarang  menyebutnya dengan nama rontal, ron dalam bahasa Jawa berarti daun, sedangkan tal adalah pohon siwalan, jenis pohon palma yang sekarang kurang populer, dan biasanya buah siwalan sering digunakan untuk campuran membuat jenang tradisional. Jadi rontal adalah penyebutan daun dari pohon siwalan oleh masyarakat Jawa yang sama saja artinya dengan sebutan lontar. Beberapa masyarakat Bali-pun sekarang juga masih menyebutnya dengan nama daun rontal. Tapi mungkin karena pengucapan yang sering terbolak-balik, sehingga banyak juga yang lebih fasih menyebutnya dengan nama lontar.

Daun yang digunakan untuk bahan baku kerajinan lukis ini diambil dari daun lontar yang sudah tua, dan kemudian dijemur di tempat terbuka yang disinari matahari secara langsung, hingga warnanya berubah menjadi kekuningan. Proses berikutnya adalah perendaman dengan air yang mengalir selama beberapa hari kemudian dikeringkan dengan kain kering. Setelah itu masih melalui tahap perebusan dan penjemuran, dan baru masuk tahap akhir pengepresan dengan menggunakan alat pres dari kayu berukuran besar yang disebut pamlakbagan, proses ini memakan waktu selama enam bulan. Tujuan dari proses pres yang memakan waktu lama ini untuk membentuk lembaran daun lontar menjadi lurus tidak bergelombang, dan lembaran yang sudah jadi tersebut dinamakan lempir, yaitu bahan daun lontar yang siap untuk dilukis.

Alat yang dipergunakan untuk melukis diatas lembaran daun lontar sangat sederhana, untuk membuat goresan pada lembar daun lontar digunakan sebuah pisau khusus yang menyerupai pensil namanya pengutik. Dari hasil goresan yang sudah dibuat di lembar daun lontar tersebut kemudian digosokkan jelaga dari arang kemiri yang sudah dibakar terlebih dahulu, atau terkadang juga menggunakan arang dari kacang tanah. Kemudian setelah digosok dengan jelaga dan celah goresan berwarna hitam, barulah dihasilkan karya lukisan diatas lembaran daun lontar tersebut. Untuk penyempurnaan akhir setelah lukisan jadi, lempir  atau lembar daun lontar dilap dengan menggunakan kain dan dibersihkan dengan cairan minyak sereh untuk hasil lebih bersih dan awet dari serangan ngengat atau serangga.

Jenis lukisan daun lontar yang sering dibuat dan banyak diminati wisatawan asing yang berkunjung ke desa Tenganan ini adalah lukisan cerita Ramayana yang menyerupai komik. Harganyapun relatif, tergantung kepandaian tawar menawar dengan pengrajinnya, tapi biasanya harga yang ditawarkan mulai dari Rp.150.000 hingga jutaan rupiah. Harga tersebut wajar, atau terkadang justru cenderung murah jika mengingat proses mempersiapkan bahan baku yang sangat lama, dan untuk membuat satu lukisan komik kisah Ramayana membutuhkan waktu hingga dua minggu. Setidaknya bisa dihitung bagaimana para pengrajin ini bisa bertahan hidup dan tetap berkarya dengan dua karya lukisan komik lontar dalam satu bulan. Perjuangan untuk terus mempertahankan seni kerajinan kuno yang patut mendapatkan apresisasi. Setidaknya seni kerajinan lukis lontar ini masih akan terus eksis di tangan pengrajin desa Tenganan yang sekarang banyak didominasi kalangan muda usia. Dan jika itu masih menjadi sebuah karya yang disuka, seni lukis lontar akan terus ada. Salam Kratonpedia.

3.jpg  Profesi lukis daun lontar sekarang banyak diminati kalangan muda di desa Tenganan Bali. 

8.jpg  Proses menggosok dengan jelaga arang kemiri dilakukan dengan kesabaran.

9.jpg  Arang kemiri bakar atau kacang tanah untuk memunculkan warna hitam pada goresan pengutik. 

10.jpg  Satu komik cerita Ramayana dikerjakan selama dua minggu. 

4.jpg  Karya lukisan lontar dengan kisah Ramayana. 

5.jpg  

6.jpg  

7.jpg  

11.jpg  Peta Pulau Bali, adalah salah satu karya lukisan di atas lontar yang juga banyak dibuat di Tenganan. 

(teks dan foto : Wd Asmara/Kratonpedia)

 


Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos