Mural: Ekspresi Kebebasan Perupa Muda

Foto oleh : Aan Prihandaya
Pin It

1.jpg

Beberapa waktu yang lalu hampir jarang ditemui tembok bersih di sepanjang jalan raya di daerah perkotaan. Tembok tersebut rata-rata sudah dipenuhi tempelan poster iklan beraneka macam produk, serta  coretan-coretan grafiti yang membuat tembok menjadi kotor.

Di era tahun 90an muncul kegiatan melukis tembok atau lebih dikenal dengan nama mural. Mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya. Berbeda dengan grafiti yang lebih menekankan pada tulisan dan menggunakan cat semprot utuk mengekspresikan ide, sementara untuk  mural cenderung lebih bebas. Melukis mural bisa menggunakan cat semprot, cat tembok, atau bahan pewarna lain.

Mural merupakan ekspresi seni yang tidak hanya dihadirkan oleh para seniman lukis/perupa profesional saja, tapi justru banyak dari kalangan perupa muda yang berani mengekspresikan kebebasan untuk “berbicara”. Sebagai salah satu budaya kontemporer, mural menggambarkan ekspresi kaum muda terhadap berbagai hal, seperti masalah sosial, politik, ekonomi, dan bahkan masalah percintaan melalui beragam goresan dan warna. Mural mampu merubah vandalisme coret-coret tembok menjadi lukisan yang enak dipandang. Kaum muda merasa tertantang untuk mengekspresikan eksistensi mereka melalui sebuah karya.

Akhirnya mural telah menjadi bagian dari seni publik dan menjadi bentuk model komunikasi satu arah dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Perupa muda mural melakukan komunikasi secara visual kepada masyarakat terhadap apa yang ingin dicurahkannya, sedangkan masyarakat akan menterjemahkan pesan sesuai dengan cara pandang masing-masing. Bahkan masyarakat awam bisa memperoleh inspirasi untuk berekspresi melalui seni mural ini, melukis sebuah pesan pada bidang arsitektur di lingkungannya.

Pemerintah kota Yogyakarta adalah salah satu contoh yang memberikan apresiasi positif atas lahirnya seni mural ini. Sekitar tahun 2003, pemkot Yogya mensposori kegiatan Muralisasi kota Yogyakarta. Hasilnya, tembok-tembok kotor berubah menjadi indah dan cantik oleh lukisan. Bahkan, di gang kampung juga dihias oleh lukisan mural kreasi warga.

Kota yang juga melakukan hal yang sama adalah Malang. Karena kefanatikan terhadap klub sepakbola lokal mereka. Di kota Malang banyak ditemui karya seni mural yang berisikan pesan dukungan untuk  klub sepak bola kebanggaan mereka. Di Stadion Gajayana Malang-pun mural menghiasi sekeliling dinding luar stadion.

Dan sekarang seni mural juga mulai sering dilombakan. Seperti dalam pelaksanaan Festival Kesenian Indonesia di ISI Surakarta beberapa waktu yang lalu, panitia memberikan wadah berkreasi untuk anak muda untuk berekspresi melalui seni mural. Bahkan panitia telah menyiapkan segala fasilitas untuk keperluan lomba, termasuk cat, alas, material, dan kelengkapan lainnya.

Mural dianggap sebagai sebuah karya seni yang menonjolkan sisi estetika daripada coretan biasa di dinding dan tidak mempunyai makna. Namun ada juga yang menganggap sekedar coretan yang hanya mengotori dinding semata.  Pada akhirnya, indah, cantik, jelek atau buruknya ekspresi berkesenian tergantung bagaimana cara kita memandangnya. Salam kratonpedia.

2.jpg 

4.jpg 

3.jpg 

5.jpg 

6.jpg 

7.jpg 

9.jpg 

8.jpg 

10.jpg 

12.jpg 

11.jpg 

(teks dan foto : Aan Prihandaya/kratonpedia)

 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos