Persoalan relasi gender tak pernah usai dibahas. Gender dapat dimaknai sebagai sifat-sifat yang dilekatkan secara sosial pada sosok perempuan dan laki-laki dan kemudian diterima sebagai sesuatu yang pasti dan tidak bisa dipertukarkan. Perempuan diidentikkan sebagai sosok yang mempunyai sifat-sifat feminin, lembut, keibuan, lemah, perasa, dekat dengan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga atau domestik, dan lain sebagainya. Sebaliknya, laki-laki secara sosial digambarkan sebagai sosok yang gagah, perkasa, kuat, melindungi, heroik, maskulin, dan lain-lain. Perbedaan-perbedaan yang dikonstruksikan tersebut kemudian mempengaruhi cara melihat sosok laki-laki yang dianggap lebih hebat dari perempuan, tidak saja di wilayah-wilayah personal, tetapi meluas ke persoalan sosial, politik, budaya dan bahkan kesenian yang berpotensi untuk meminggirkan perempuan. Itulah yang disebut cara pandang masyarakat yang patriarkhis. Padahal sebagai sesuatu yang bersifat sosial, gender harusnya dapat dipertukarkan. Berbeda ketika melihat perempuan dan laki-laki dari sex (jenis kelamin), perempuan dan laki-laki hakikatnya hanya dibedakan dari: menstruasi, mengandung, melahirkan, dan menyusui.
Pameran Tunggal Seni Rupa Iqi Qoror “Family Gray Diary “
Pembukaan Pameran: Sabtu, 28 Juli 2012 Pukul 19.30 WIB
 
Persoalan relasi gender tak pernah usai dibahas. Gender dapat dimaknai sebagai sifat-sifat yang dilekatkan secara sosial pada sosok perempuan dan laki-laki dan kemudian diterima sebagai sesuatu yang pasti dan tidak bisa dipertukarkan. Perempuan diidentikkan sebagai sosok yang mempunyai sifat-sifat feminin, lembut, keibuan, lemah, perasa, dekat dengan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga atau domestik, dan lain sebagainya. Sebaliknya, laki-laki secara sosial digambarkan sebagai sosok yang gagah, perkasa, kuat, melindungi, heroik, maskulin, dan lain-lain. Perbedaan-perbedaan yang dikonstruksikan tersebut kemudian mempengaruhi cara melihat sosok laki-laki yang dianggap lebih hebat dari perempuan, tidak saja di wilayah-wilayah personal, tetapi meluas ke persoalan sosial, politik, budaya dan bahkan kesenian yang berpotensi untuk meminggirkan perempuan. Itulah yang disebut cara pandang masyarakat yang patriarkhis. Padahal sebagai sesuatu yang bersifat sosial, gender harusnya dapat dipertukarkan. Berbeda ketika melihat perempuan dan laki-laki dari sex (jenis kelamin), perempuan  dan laki-laki hakikatnya hanya dibedakan dari: menstruasi, mengandung, melahirkan, dan menyusui. 

 

 

Iqi Qoror, mahasiswa penciptaan seni rupa Program Pascasarjana ISI Yogyakarta mengambil tema “Family Gray Diary” untuk pameran tugas akhir di Bentara Budaya Yogyakarta. Konsep karya Iqi Qoror yang bersumber dari kegelisahannya pada relasi gender yang tidak adil, mendorongnya untuk membuat karya-karya seni yang menolak pembedaan-pembedaan yang sifatnya binary opposition.

Iqi Qoror mengaku sinis terhadap fenomena relasi gender yang tidak setara dan malakukan pemberontakan melalui karya seni. Dalam keseharian pun Iqi Qoror sering menampilkan diri sebagai laki-laki yang mempunyai sisi-sisi lembut serta feminin. Hal tersebut terjadi bukan karena mengalami disorientasi seksual, tetapi lebih sebagai pemberontakan terhadap pengkotakan gender yang sudah terbentuk di masyarakat. Iqi Qoror membuat  9 karya lukis, 2 karya berbentuk tiga dimensi, dan 1 karya instalasi. Dari karya-karyanya kita akan dapat melihat hal-hal yang dipertukarkan tidak lagi diperlawankan. 

 Sumber : http://www.bentarabudaya.com


Tanggal : 28 July 2012 - 30 July 2012
Jam : 07:30 pm
Tempat : Bentara Budaya Yogyakarta