Batik Tulis: Bukan Hanya Profesi Sederhana

Agatha Aurelia
Artikel oleh : Agatha Aurelia
Foto oleh : Agatha Aurelia
Pin It

 Budaya timur yang masih lekat dengan pandangan bahwa laki-laki harus menjadi sumber perekonomian keluarga yang utama menjadi sebuah tolak ukur bagaimana mereka harus menyumbangkan perannya di tengah masyarakat. Keberadaan pria sebagai tonggak perekonomian seringkali menghasilkan batasan bagi banyak wanita untuk bisa mengembangkan sayapnya dalam bekerja maupun mencari nafkah dibidang yang mereka minati. Semua ini dapat seketika berubah 180 derajat ketika keluarga dipertemukan oleh kondisi yang tidak diharapkan. Ketika posisi seorang laki-laki sebagai kepala keluarga harus digantikan atau ditopang oleh perempuan yang pada akhirnya harus mencari jalan untuk mendapatkan penghasilan. Banyak hal yang menjadi faktornya, salah satunya ketika kepala keluarga harus menghadapi sebuah kondisi fisik yang tidak mendukung maupun minimnya lapangan pekerjaan dan kuatnya persaingan ditengah era modern ini. Kondisi perekonomian yang tidak selalu menentu ini bisa menjadi salah satu pemicu awal untuk wanita mulai terjun merintis karier maupun bekerja secara produktif dan tidak lupa menjalankan peran reproduksi yang mereka emban.

Sektor ekonomi informal menjadi titik temu antara perkembangan budaya modern dan budaya lokal yang menjadikannya sebagai benteng pertahanan bagi mereka yang butuh perlindungan dari kerasnya zaman. Pesatnya pertumbuhan sector informal di Indonesia juga ditopang oleh keberadaan para pekerja yang didominasi oleh wanita. Terbatasnya kesediaan lapangan pekerjaan di sector formal, seringkali mengharuskan banyak dari wanita untuk mencari peruntungan lain demi menopang keberlangsungan hidup keluarga.  Seiring dengan laju pertumbuhan sector informal yang sepertinya menjanjikan, semakin terkikisnya budaya lokal yang beragam melahirkan kesempatan untuk para wanita ini mengekspresikan kecintaan kepada budaya. Salah satunya dituangkan melalui seni kriya batik tulis. Sembari menyalurkan kecintaan mereka akan batik tulis, para pengrajin dapat pula mendukung perekonomian suami yang tidak selalu hanya menghasilkan kepuasan materi, namun juga menimbulkan kepuasan batin akan karya yang dihasilkan. 

Batik Tulis merupakan salahs satu dari batik tradisional Indonesia yang memiliki kualitas terbaik. Dalam preoses pembuatannya, batik tulis dihasilkan melalui rangkaian tahapan yang rumit. Selain itu, setiap pengrajin akan menghasilkan pola ulang yang tidak selalu seragam ataupun sama. Seringnya terjadi gerakan tangan spontan membuat batik tulis menjadi unik dan berbeda dari jenis batik lain. Tiap motif yang beragam menjadi sebuah cerita tersendiri yang ingin disampaikan para pengrajin kepada siapapun yang melihat maupun mengenakannya. Cerita tentang kuatnya para pengrajin wanita ini dalam bertahan hidup sambal meneruskan kelestarian seni kriya yang sudah tidak banyak dugandrungi anak muda. Dengan kiasan cerita yang mereka torehkan melalui batik tulis ini, kita dihadapkan pada kenyataan akan keseimbangan menjadi wanita yang lembut dalam pekerjaan rumah tangga dan kuat ditengah himpitan ekonomi dan budaya.

Menurut saya, menjadi pengrajin bukan hanya sebuah profesi sederhana yang jarang kita temui di ibukota. Menjadi pengrajin berarti menceritakan sedikit dari kompleksitas hidup yang harus diperjuangkan ke sehelai kain polos. Menjadi pengrajin batik tulis berarti menuliskan cerita masa lampau yang belum pernah diperdengarkan kepada generasi muda. Keberadaan komunitas batik tulis menjadi wujud pemberdayaan kaum perempuan Indonesia ditengah arus globalisasi yang sering mengancam pudarnya identitas lokal. Cerminan kerasnya zaman dan determinasi untuk terus berkarya ditengah himpitan kesempatan menjadikan sebuah formulasi yang menghasilkan pengrajin batik berkualitas sebagai sebuah asset yang berarti bagi bangsa kita sendiri. 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos