Upacara Ngaben

Xenia Veryano
Artikel oleh : Xenia Veryano
Foto oleh : http://www.balitourismboard.org/ngaben-ceremony.html
Pin It

Bali yang mayoritas penduduknya adalah beragama Hindu, selalu mempunyai tradisi-tradisi yang menarik untuk diketahui. Salah satunya adalah Upacara Ngaben, yang merupakan bagian dari rangkaian upacara Pitra Yadnya. Ngaben merupakan salah satu upacara yang terbesar di Bali.

Kata Ngaben sendiri berasal dari urat kata “abu”, kemudian disandikan menjadi kata “ngabuin” yang artinya menjadikan abu. Ngaben secara etimologis berasal dari kata api yang mendapat awalan nga, dan akhiran an, sehingga menjadi ngapian, yang disandikan menjadi ngapen yang lama kelamaan terjadi pergeseran kata menjadi ngaben. Upacara Ngaben selalu melibatkan api, api yang digunakan ada 2, yaitu berupa api konkret (api sebenarnya) dan api abstrak (api yang berasal dari Puja Mantra Pendeta yang memimpin upacara). Versi lain mengatakan bahwa ngaben berasal dari kata beya yang artinya bekal, sehingga ngaben juga berarti upacara memberi bekal kepada Leluhur untuk perjalannya ke Sunia Loka.  Oleh karena itu, upacara ini juga bias dianggap sebagai upaya untuk membakar kotoran yang berupa jasad kasar yag masih melekat pada roh dan mengembalikan roh tersebut ke Sang Pencipta.

Dalam agama Hindu, jenazah atau jasad manusia terdiri dari badan halus (roh atau atma) dan badan kasar (fisik). Badan kasar dibentuk oleh lima unsur yang dikenal dengan Panca Maha Bhuta. Kelima unsur ini terddiri dari pertiwi (tanah), teja (api), apah (air), bayu (angin), dan akasa (ruang hampa). Lima unsur ini menyatu membentuk fisik dan kemudian digerakkan oleh roh. Jika seseorang meninggal, yang mati sebenarnya hanya jasad kasarnya saja sedangkan rohnya tidak. Oleh karena itu, untuk menyucikan roh tersebut, perlu dilakukan upacara Ngaben untuk memisahkan roh dengan jenazah atau jasad kasarnya.

Di setiap daerah di Bali adalah hal yang lazim jika urutan acara dalam tata cara pelaksanaan Ngaben akan berbeda walaupun esensi upacara tersebut sama. Bagi masyrakat di Bali, Ngaben adalah momen bahagia karena dengan melaksanakan upacara ini, orang tua atau anak-anak telah melaksanakan kewajiban sebagai anggota keluarga. Oleh sebab itu, upacara ini selalu disambut dengan suka cita tanpa isak tangis. Mereka percaya bahwa isak tangis justru hanya menghambat perjalanan roh mencapai nirwana. Hari yang sesuai untuk melakukan upacara Ngaben biasanya didiskusikan dengan para tetua atau orang uang paham. Tubuh jenasah akan diletakkan di dalam sebuah peti. Peti ini diletakkan di dalam sebuah sarcophagus yang berbentuk lembu atau diletakkan di sebuah wadah berbentuk vihara. Wadah ini terbuat dari kertas dan kayu. Bentuk vihara atau lembu ini dibawa menuju ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi tersebut tidak berjalan pada satu jalan lurus karena bertujuan untuk menjauhkan roh jahat dari jenazah atau jasad.

Upacara Ngaben dilakukan dengan beberapa rangkaian upacara, yang terdiri dari  berbagai rupa sesajen yang tidak lupa diberikan simbol-simbol layaknya ritual lain yang sering dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Upacara Ngaben biasanya dilakukan secara besar-besaran sehingga untuk mempersiapkan upacara ini memerlukan waktu yang lama, tenaga yang banyak dan juga biaya yang tidak sedikit, sehingga upacara Ngaben sering dilakukan dalam waktu yang lama setelah kematian. Puncak upacara adat Ngaben adalah prosesi pembakaran keseluruhan struktur yakni lembu atau vihara tadi berserta dengan jenazah atau jasad tersebut. Prosesi Ngaben biasanya memerlukan waktu yang cukup lama. Bagi jenazah atau jasad yang masih memiliki kasta tinggi, ritual ini bisa dilakukan selama 3 hari. Namun, untuk keluarga yang kastanya rendah, jenazah atau jasad harus dikubur terlebih dahulu baru kemudian dilakukan Ngaben.

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos