Subak di Bali

Xenia Veryano
Artikel oleh : Xenia Veryano
Foto oleh : Xenia Veryano
Pin It

Indonesia boleh berbangga hati karena memiliki Bali sebagai salah satu pulau yang telah ‘mendunia’, selain pesona wisata alam dan budaya yang sangat indah dan menarik, Bali juga yang dikenal sebagai pulau Dewata ini pun berhasil membuktikan bahwa mereka mampu memadupadankan wisata dan budaya yang dimiliki sebagai sebuah warisan yang diakui di mata dunia, salah satunya ialah Subak.

 Subak adalah salah satu bentuk demokrasi tertua di dunia. Organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah tradisional yang digunakan masyarakat Bali ini untuk bercocok tanam padi. Sistem subak biasanya memiliki pura yang biasa dinamakan Pura Uluncarik atau Pura Bedugul yang khusus dibangun oleh para petani dan di peruntukkan bagi Dewi Sri yang merupakan dewi kemakmuran dan kesuburan.

 Subak telah dipelajari oleh Clifford Geertz, sedangkan J. Stephen Lansing telah menarik perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia mempelajari pura-pura di Bali, terutama yang diperuntukkan bagi pertanian, yang biasa dilupakan oleh orang asing. Pada tahun 1987 Lansing bekerja sama dengan petani-petani Bali untuk mengembangkan model komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak serta pentingnya sistem ini.

 Subak bagi masyarakat Bali bukan hanya sekedar sistem irigasi, melainkan juga merupakan filosofi kehidupan bagi rakyat Bali itu sendiri. Dalam pandangan masyarakat Bali, Subak adalah cerminan langsung dari filosofi dalam agama Hindu Tri Hita Karana (tiga penyebab kebaikan), yang mempromosikan hubungan yang harmonis antara individu dengan alam semangat (parahyangan), dunia manusia (pawongan), dan alam (palemahan). Subak sebagai sistem pengaturan hidup bersama yang membentuk lansekap Bali, telah ada sejak sekitar abad ke-12.

 Dalam sistem pengairan Subak, pembagian air untuk persawahan, pura atau tempat ibadat, dan bagi masyarakat menggunakan filosofi demokratis, yang tidak mengambil dari luar, tetapi menggali dari dalam negeri sendiri. Subak lima kabupaten di Bali, meliputi Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar, Bangli, dan Buleleng. Kawasan ini juga meliputi situs Pura Taman Ayun, Pura Ulun Danau Batur dan Danau Batur, daerah aliran sungai Pakerisan, serta kawasan Catur Angga Batukaru.

 Menunggu 12 tahun, akhirnya lanskap budaya subak di Bali ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia pada sidang Komite Warisan Dunia ke-36 Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO) di Saint Petersburg, Rusia. Subak ditetapkan sebagai Warisan Dunia karena Lansekap Budaya Provinsi Bali memiliki Nilai Universal Luar Biasa. Warisan Dunia Lansekap Budaya Provinsi Bali mencakup sejumlah komponen yaitu subak (petani dan lembaga). 

Kumpulan pura subak, yang menjadi pusat pengelolaan pengairan lansekap subak, bertujuan mempertahankan hubungan selaras dengan alam dan dunia parhyangan / spiritual, melalui sejumlah ritual perayaan, persembahan dan pertunjukan seni yang indah, yang menggambarkan harmonisasi prinsip Tri Hita Karana.  Pembagian air dilakukan secara adil, segala masalah dibicarakan bersama, bahkan sampai penetapan waktu tanam dan jenis padinya. Sanksi terhadap segala bentuk pelanggaran akan ditentukan sendiri oleh warga melalui upacara yang dilakukan di pura. Harmonisasi kehidupan inilah yang menjadi kunci lestarinya budaya Subak. Subak pun membuat para petani bersikap adil dan bijaksana dalam pengairan sawah selain mengandung makna mendalam tentang kebudayaan Bali, keunikan Subak terletak pula pada tampilan kawasan Subak yang berundak-undak atau bertingkat-tingkat. Inilah yang menjadi perpaduan antara wisata alam dan budaya sistem Subak Bali. Subak mencerminkan keharmonisan alam dengan manusia, manusia dengan manusia, dan manusia dengan penciptanya.

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos