Cindelaras: Mengenal Tradisi Jawa

Tatiana Arianne Raisa
Artikel oleh : Tatiana Arianne Raisa
Foto oleh : Tatiana Arianne Raisa
Pin It

Cerita rakyat merupakan cerminan dari kepercayaan dan budaya yang dianut oleh rakyatnya. Untuk mengenal masyarakat dan tradisinya lebih jauh, cerita rakyat merupakan referensi yang paling mudah untuk ditelusuri. Hal ini pun berlaku untuk cerita rakyat Cindelaras, kisah epik dari Jawa Timur.

Menceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Cindelaras dan ayam jantannya, Singkatnya, cerita ini berawal dari raja yang bernama Raden Putra yang memimpin kerajaan Jenggala dengan kedua istrinya. Istri mudanya yang merasa iri dengan istri tua mencoba mengambil posisi sang istri tua dengan menfitnah dengan akhirnya sang istri tua yang sedang tengah mengandung diusir ke hutan dimana ia melahirkan anak lelaki yang cerdas bernama Cindelaras. Pada hari yang tak terduga ia menemukan telur ayam yang dapat berbicara. Cindelaras menantang berbagai ayam lain dalam pertarungan sabung ayam sehingga ketangguhan ayam tersebut membawa sang Cindelaras bertemu dengan ayahnya, Raden Putra. Raja yang merasa penasaran bertaruh jika ayamnya menang melawan Cindelaras, ia harus rela kepalanya dipenggal namun jika Cindelaras menang maka raja harus menyerahkan kekayaannya. Kemenangan pun diraih oleh Cindelaras dan ayamnya yang magis mengatakan ke raja bahwa Cindelaras adalah anak dari Raden Putra dan kebohongan istri muda pun ikut terbongkar. Kisah diakhiri bahagia dengan kebenaran yang terkuak dan Raden Putra mengusir istri muda pergi.

Pada dasarnya cerita Cindelaras memiliki penceritaan dan alur yang tidak jauh berbeda dengan cerita rakyat lainnya dan bisa dibilang cukup klise. Cerita ini memiliki tokoh protagonis yang baik dan tertindas, tokoh antagonis yang akan melakukan apapun untuk menyingkirkan protagonis, serta pesan moral yang selalu terkesan menggurui yaitu jangan pernah iri pada orang lain dan untuk menjauhi perjudian. Cerita yang dibawakan Cindelaras sebenarnya sangatlah sederhana namun dari sini kita dapat mengerti tradisi Jawa lebih dalam. 

Ayam yang menjadi elemen sentral di cerita ini menunjukkan nilai historis dari pulau Jawa. Permainan Sabung Ayam sendiri sudah ada sejak dahulu kala dan memilki esensi yang penting bagi kehidupan sosial, budaya dan politik jaman dahulu. Jaman dahulu pada tahun 1249, Prabu Anusapati raja kedua Singhasari terbunuh ketika menyaksikan pertunjukan sabung ayam. Sabung ayam bukan hanya sebagai hiburan namun juga menjadi cara untuk mendapatkan kehormatan dan kekuasaan. Terlihat dari keinginan sang Raja untuk bertaruh demi kemenangan sabung ayam, permainan ini bukanlah sekadar permainan yang bisa dianggap sepele. Konon, permainan ini bermula dari kegemaran para raja untuk mempertarungkan pemuda-pemuda di wilayah kerajaannya untuk dibawa ke medan perang namun lama kelamaan berubah menjadi pertarungan antar ayam. Tradisi ini tidak hanya eksklusif berada di Jawa namun juga ada di Bali dan Bugis yang lebih dikenal dengan nama massaung manuk. Pemilik ayam yang selalu menang akan memiliki kedudukan yang dipandang dan namanya akan dikenal oleh seluruh penduduk. Permainan  sabung ayam ini tidak hanya dilakukan oleh kaum bangsawan namun juga oleh rakyat jelata. Sedangkan di Bali, dengan nama Tajen mereka bertujuan untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam semesta. Mereka melakukan pertarungan ayam dalam rangkaian kurban suci yang melambangkan penciptaan, pemeliharaan dan pemusnahan dunia, dengan secara keseluruhan merupakan simbol perjuangan hidup.

Dari cerita Cindelaras, dapat dilihat bahwa sabung ayam yang mungkin terlihat sebagai kegiatan biasa yang mulai hilang eksistensinya ternyata memiliki sejarah dan dampak tersendiri kepada masyarakatnya. 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos