Museum Kebangkitan Nasional berlokasi di sebuah komplek bangunan bersejarah yang merupakan harta karun peninggalan zaman kolonial Belanda. Gedung tersebut dibangun di atas tanah seluas 15.742 m2 pada tahun 1899 dan akhirnya selesai pada tahun 1901. Pasa sejarahnya, ketika pemerintahan Belanda berada di Indonesia, gedung megah ini digunakan sebagai tempat pendidikan Sekolah Dokter Djawa dan sekolah kedokteran Bumiputera, yang lebih dikenal luas dengan sebutan STOVIA (School Tot Opleding Van Inlandsche Artsen) yang diresmikan tepatnya pada 1902.
Namun, ketika tentara Jepang mulai masuk dan menguasai Indonesia di tahun 1942, penggunaan Gedung STOVIA sebagai tempat kegiatan pembelajaran dan pendidikan pun berakhir. Sebaliknya, gedung bekas STOVIA digunakan oleh pemerintah Jepang pada tahun 1942-1945 sebagai tempat penampungan tawanan perang tentara-tentara Belanda. Hingga akhirnya pada 20 Mei 1974, Presiden Soeharto secara resmi mengungumkan penggunaan Gedung bekas STOVIA sebagai gedung bersejarah yang diberi nama “Gedung Kebangkitan Nasional”. Selanjutnya pengelolaan Gedung Kebangkitan Nasional diserahkan secara resmi kepada Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta.
Di dalam Gedung Kebangkitan Nasional, pengunjung dapat menemukan berbagai museum seperti Museum Pers, Museum Kesehatan, Museum Boedi Oetomo dan Museum Wanita. Namun, dalam rangka memaksimalkan kontribusi dari Gedung Kebangkitan Nasional, Museum Pers, Museum Kesehatan, Museum Boedi Oetomo dan Museum Wanita yang sebelumnya terpisah disatukan di bawah nama Museum Kebangkitan Nasional yang kita kenal hingga hari ini.
Anda dapat menemukan berbagai koleksi sejarah di Museum Kebangkitan Nasional, seperti koleksi perlengkapan medis, pakaian, senjata, perabotan, jam dinding, foto, diorama, lukisan, patung, peta, miniatur, dan koleksi sejarah lainnya. Anda juga dapat melihat lukisan kuno yang mengilustrasikan para pelajar STOVIA.
Kunjungilah Museum Kebangkitan Nasional untuk menyelami peninggalan sejarah Indonesia.
