Jembatan Kota Intan: Cagar Budaya Peninggalan Batavia

Kanya Kamili Priyanti
Artikel oleh : Kanya Kamili Priyanti
Foto oleh : dpreview.com
Pin It

Bayangkan dirimu berkelana melalui waktu, berkunjung ke Batavia 300 tahun silam. Tepat di Jalan Kali Besar, kamu berada di sebuah jembatan yang menjadi penghubung antara VOC dan IEC - alias Belanda dan Inggris. Jembatan yang menggantung di atas air menuju sebuah kastil bernamakan Bastion Diamont


Kurang lebih itulah pemandangan sehari-hari penduduk Jalan Kali Besar pada tahun 1600an. Dibangun pada tahun 1928, Jembatan Kota Intan ini berfungsi sebagai alat penghubung yang menyatukan benteng Belanda (VOC) dan Inggris (IEC). Setelah mengalami kerusakan akibat berbagai macam peperangan dan bencana alam, jembatan ini berlaku sebagai jembatan gantung dengan tujuan untuk tempat lewatnya perahu dan menghindari banjir - ya, Jakarta sudah berseteru dengan banjir sejak 300 tahun lalu! Sejak saat itu, bentuk Jembatan Kota Intan tersebut tidak pernah berubah, melainkan menjalankan beberapa restorasi yang dilaksanakan oleh gubernur Jakarta yang menjabat:


1972: Bapak Ali Sadikin menetapkan Jembatan Kota Intan sebagai benda cagar budaya

1999: Bapak Sutiyoso menjalankan renovasi besar-besaran hingga tahun 2000

2007: Bapak Fauzi Bowo menambahkan 12 lampu sorot dengan berbagai macam warna untuk mempercantik jembatan tersebut


Tanpa adanya dukungan dari rakyat yang membangun, jembatan berwarna merah marun ini mulai tidak terawat. Kayunya mulai dimakan zaman, warnanya pun mulai pudar. Hanya dipakai untuk berfoto-foto ria, kondisi jembatan menjadi semakin buruk. 


Oleh karena itu, teman-teman, mari kita tunjukkan kepedulian kita terhadap benda cagar budaya ini agar tidak hilang, karena budaya adalah identitas kita, ayo bersama-sama lestarikanlah budaya Jakarta!

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos