Rukun Agawe Santosa #1 “Gereja Katedral Jakarta”

Mohamad Axel Putra Hadiningrat
Artikel oleh : Mohamad Axel Putra Hadiningrat
Foto oleh : anonymous
Pin It

Gereja katedral Jakarta adalah bangunan keagamaan untuk keperluan  peribadatan umat kristiani di Jakarta. Arsitektur bangunan yang dibuat dengan nada neo-gothic ini menjadi saksi bisu sebuah sejarah panjang tentang eksistensi umat kristiani di Indonesia dari zaman hindia-belanda hingga sekarang. Selain sejarah yang panjang, bangunan inipun beberapa kali mengalami peristiwa,  dimana gereja ini pernah ambruk pada tahun 1890 sampai kepada tragedi yang kejam pada malam natal tanggal 24 Desember 2000 dimana gereja ini menjadi salah satu target aksi terorisme serangan bom yang sering disebut sebagai serangan “Bom Natal”. Siapa sangka bangunan yang pernah mengalami beberapa peristiwa itu ternyata masih bercahaya pada malam hari dan masih berdiri megah sampai saat ini. Bangunan gereja yang beerdisain unik ini selalu menjadi perhatian wisatawan, usia bangunan ini sudah lebih dari seabad dan merupakan asset sejarah peninggalan Belanda.

 

Gereja yang ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Provicaris Carolus Wenneker. Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya, dan kemudian diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, Vikaris Apostolik Batavia. Katedral yang kita kenal sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli, karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810,  dan pada 27 Juli 1826 gedung Gereja katedral asli itu terbakar bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya.

 

Gereja yang sudah berdiri lebih dari 100 tahun ini bentuk dasarnya merupakan salib sepanjang 60 meter, lebar bagian utama 10 meter ditambah 5 meter disetiap sisinya. Ketika gedung ini pertama kali dibangun dulu, para pejabat genie (pasukan zeni) waktu itu menilai gedung gereja yang rancangan P.A Dijkmans tersebut sebagai "gedung yang terlampau kuat" mengingat struktur gedung dan material yang digunakan menggunakan pilihan yang terbaik. Maka sampai sekarang - 100 tahun sesudahnya - gereja Katolik utama di Jakarta tetap berdiri tegak.

 

Tampak dari depan terdapat 3 menara di Gereja Katedral, yaitu: Menara Benteng Daud, Menara Gading dan Menara Angelus Dei. Ketiga menara ini dibuat dari besi yang Bagian bawah dari menara ini didatangkan dari Belanda dan bagian atas dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia. Menara Angelus Dei menjulang setinggi 45 meter dari lantai. Menara ini diapit oleh dua menara yang menjulang setinggi 60 meter di sisi kiri dan kanannya. Yaitu benteng daud dan menara gading. Benteng Daud melambangkan Maria sebagai perlindungan terhadap kuasa-kuasa kegelapan, Sedangkan Menara Gading, melambangkan keperawanan Maria. Di Menara gading juga terdapat jam yang pada mesinnya tertulis van Arcken & Cie.

 

Di Menara Benteng Daud (menara utara) terdapat lonceng yang berukuran sedang yang terdapat inskripsi dalam bahasa Latin yang terjemahan bahasa Indonesianya : “Aku dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken tanggal 2 bulan Maria doakanlah kami 19 Juni 1900“. Kemudian Di Menara Gading (menara selatan) terdapat lonceng yang ukurannya lebih kecil disumbangkan oleh Tuan Chasse seorang anggota Dewan India pada tahun 1831 dan diberkati pada tahun 1834. Pada lonceng tersebut terdapat tulisan : “Aku mau menyalami Maria pesta Santo Nikolas“.Lonceng yang selanjutnya juga diberkati pada tahun 1834 adalah lonceng Wilhelmus yang merupakan lonceng terbesar hadiah dari Tuan J.H. de Wit.

 

Keindahan bangunan ibadah ini semakin terasa dengan langit-langit yang dibuat melengkung dari kayu jati berwarna cokelat mengkilap. Kesan agung dan sakral semakin terasa ketika kita pintu masuk utama gereja, terdapat hiasan Patung Maria dan pada bagian atas pintu masuk terdapat tulisan “Beatam Me Dicent Omnes Generationes” yang artinya “Semua keturunan menyebut aku bahagia“ dan juga akan terlihat selempeng batu pualam putih menempel di tembok bertuliskan kalimat dalam bahasa Latin yang artinya: “Aku didirikan oleh Arsitek Marius Hulswit 1899-1901“.

 

Suasana di dalam gereja yang memiliki tiga lonceng berinskripsi dengan bahasa Latin tersebut akan semakin sakral ketika pendar-pendar matahari pagi menembus kaca jendela yang didesain berukuran besar khas bangunan Eropa. Dari kaca patri beraneka warna akan terpantul kilau keemasan matahari yang menambah indahnya pesona gereja Katedral ini. Pilar yang kokoh berbaris di kedua sisi menyangga atap, membentuk lorong. Di kedua sisi itu terdapat galeri pada ketinggian 7 meter, yang dulu tempat untuk paduan suara. Saat ini sudah tidak digunakan lagi untuk tempat paduan suara mengingat kondisinya yang tidak memungkinkan. Tempat ini sekarang dimanfaatkan untuk museum. Keindahan interior gereja akan membuat pengunjung betah berlama-lama. Tidak jauh dari pintu masuk utama, bagi pengunjung yang ingin menyaksikan koleksi-koleksi benda bersejarah dan antik milik gereja, bisa naik ke lantai dua dengan menyusuri tangga yang terbuat dari kayu jati. Sungguh keindahan yang begitu luar biasa. Keindahan lain adalah posisi bangunan gereja yang letaknya bersebelahan dengan Masjid Istiqlal.

 

Orang Jawa pernah bilang ‘Rukun Agawe Santosa’ yang artinya adalah rukun/bersatu itu akan membuat umat manusia kuat sentausa. Ungkapan itulah yang menurut saya menggambarkan pemandangan elok lokasi Gereja Katedral. Selain keindahan eksterior dan interior yang terdapat pada gereja katedral, Lingkungan yang terdapat disana turut memberikan keindahan dimana tanpa kita sadari sebuah pesan tentang persatuan dan perdamaian telah terekam diantara kedua tempat peribadatan tersebut. Perbedaan kepercayaan yang selalu kita anggap sebagai “boundaries”, terpatahkan oleh suasana yang tercipta disana, Kota Jakarta dengan hiruk pikuk dan gemerlapnya serta hawa panas yang begitu menyengat tidak dapat mengalahkan pemandangan sejuk pada kedua bangunan megah yang berdiri kokoh di daerah bilangan Jakarta Pusat itu.

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos