Tengkleng Gajah, Berkah Dari Kreatifitas

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

7_1.jpg 

Menelusuri jalan yang sedikit menanjak dari arah kota Yogyakarta menuju Kaliurang, lalu-lintas agak padat tetapi tetap menyenangkan dengan pemandangan di sepanjang kiri kanan jalan berjejer beberapa pondok  makan yang unik dan menjajikan kelezatan.

Sesaat kemudian sampailah di kilometer delapan, dan terlihat pertigaan jalan kecil yang bercabang ke arah kanan di daerah Gentan, tapi lebih tepatnya jalan tersebut menuju ke Minomartani daerah Ngaglik Sleman. Kurang lebih 300 meter masuk ke kanan pertigaan tersebut terdapat depot makan yang namanya cukup mengagetkan, yaitu Tengkleng Gajah.

Sepintas akan membuat bingung dan bertanya-tanya, kok gajah dijadikan menu masakan. Jangan salah sangka dulu, sebenarnya masakan ini tidak menggunakan daging gajah sebagai bahan utamanya, melainkan karena ukuran porsi dan tampilan menunya yang jumbo, membuat nama tersebut menjadi pas.

Masakan tengkleng awalnya populer di kota Solo,  tengkleng adalah jenis olahan yang umumnya menggunakan daging yang menempel pada bagian tulang kambing, bagian kepala serta kaki kambing yang berupa kikil, kemudian dimasak dengan kuah santan kombinasi citarasa bumbu gule dan tongseng,  serta mempunyai kekuatan rasa perpaduan pedas gurih yang menggoda.

Masakan tengkleng merupakan hasil kreatifitas para pedagang sate kambing yang memanfaatkan sisa daging yang masih menempel pada tulang setelah diambil untuk bahan sate dan tongseng. Seperti pemanfaatan jeroan kambing yang diolah menjadi masakan gule, biasanya sisa tulang inipun awalnya dijadikan campuran untuk olahan gule tersebut.

Dalam perkembangannya, olahan yang tadinya hanya memanfaatkan tulang tulang sisa daging sate dan tongseng ini,  makin diminati dan akhirnya dikreasi khusus menjadi menu yang spesial dan sangat dicari. Perpaduan sari sungsum tulang dan lemak kambing inilah yang membuat citarasa gurih kuah tengkleng menjadi khas dan disukai para penggemar sate kambing sebagai menu wajibnya.

Saat ini menu tengkleng sudah cukup dikenal beberapa orang di luar kota Solo, termasuk salah satunya yang terdapat di pinggir jalan dekat areal persawahan daerah Ngaglik Sleman ini. Menu tengkleng sekarang menjadi sajian yang spesial, bukan lagi semata karena sisa tulang yang dimanfaatkan karena sayang kalau hanya “terbuang” begitu saja.

Hampir di semua warung sate kambing yang menyediakan menu tengkleng ini, rata-rata tengkleng menempati rangking teratas dalam daftar pesanan pelanggan. Makanya bisa dipastikan hampir semua penggemar tengkleng tahu jadwal kapan masakan ini sudah matang dan siap disajikan di setiap warung langganannya. Karena hanya dua sampai tiga jam setelah menu ini siap, biasanya sudah bersih dipesan atau disantap di tempat oleh pemburunya.

Racikan tengkleng yang utama adalah menggunakan bahan daging pada tulang rusuk kambing dan bagian kepala kambing, dan dimasak dengan cara direbus selama tiga jam serta diberi rempah mirip bumbu gule. Setelah proses memasak yang cukup lama tersebut, barulah tengkleng siap disajikan dengan irisan cabe rawit serta ditaburi bawang goreng. Sementara rasa rempah yang khas dari kuahnya diperoleh dari paduan bumbu jahe, lada dan kunyit yang kuat hingga aromanya menusuk rasa lapar bagi yang menciumnya.

Satu porsi tengkleng dihargai Rp.20.000, sebuah harga yang istimewa dari sebuah ide kreatif yang semula hanya sebagai menu sampingan bagi para pedagang sate kambing ini. Benar-benar sebuah berkah dari hasil kerja keras dan kreatifitas yang bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang mau lebih mengenal keragaman budaya yang tidak terlalu jauh ada di sekitar kita. Salam KratonPedia.

5_1.jpg 

4_1.jpg 

8_1.jpg 

3_1.jpg 

2_1.jpg 

9_1.jpg 

1_1.jpg 

(teks dan foto : Wd Asmara/KratonPedia)

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos