Bubur Samin Banjar, Berkah Dari Kampung Jayengan Solo

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

 samin4_1.jpg 

Jayengan, sebuah perkampungan di dalam gang kecil daerah Kecamatan Serengan kota Solo. Kalau dalam istilah orang Jawa yang masih berlaku hingga sekarang, Jayengan merupakan nama kegiatan orang-orang yang mengurusi bagian konsumsi khususnya menyiapkan unjukan (minuman teh panas manis) dalam acara/hajatan. Kampung Jayengan hanya berjarak 100 meter dari Kraton Kasunanan Surakarta dan 200 meter dari Puro Mangkunegaran. Jadi apakah dulunya daerah ini terkait juga dengan pemukiman abdi dalem Kraton yang bekerja untuk bagian dapur, belum ada sumber yang bisa memastikan demikian.

 

Yang jelas ada sebuah kegiatan yang unik dan khas dari kampung Jayengan ini, yaitu pada setiap bulan puasa tiba, persis di pintu masuk gang kampung ini terdapat sebuah Masjid kecil yang bernama Masjid Darussalam yang selalu memasak dan membagikan bubur samin atau bubur khas Banjar Kalimantan Selatan kepada warga kota Solo. Disebut bubur samin, karena bubur tersebut menggunakan minyak samin untuk penyedap. Bubur tersebut juga dikenal dengan nama bubur banjar, karena menu khas itu konon dibawa ke Solo oleh para saudagar dari Banjar, Kalimantan Selatan, hampir 101 tahun silam, tepatnya pada tahun 1930.

 

Menurut Ketua Takmir Masjid Darussalam, HM Rosyidi Muchdlor, pada awalnya sekitar tahun1900an banyak masyarakat dari Kota Banjar yang merantau ke Solo untuk berdagang batu permata  dari daerah Martapura. Pada saat itu Masjid Darussalam belum ada dan baru kemudian pada sekitar tahun 1910 mereka membangun sebuah langgar(mushola) kecil  dan dijadikan sebagai tempat berkumpul, hingga akhirnya mereka menetap tinggal di perkampungan sekitar langgar tersebut. Dan disaat bulan Ramadhan tiba, mereka membuat masakan khas dari Banjar untuk acara berbuka bersama khusus untuk para perantau asal Banjar.

Tradisi makan bubur samin ini akhirnya terus berkembang dan dikenal masyarakat Kecamatan Serengan Solo. Dan baru pada tahun 1985 tradisi ini menjadi terbuka untuk umum, sehingga seluruh masyarakat Solo bahkan dari golongan etnis dan agama lainpun dipersilahkan untuk ikut menikmati hidangan khas Banjar tersebut. Jadi setiap bulan Ramadhan tiba, akan terlihat pemandangan khas para takmir memasak bubur samin di area luar Masjid dan disusul dengan antrian masyarakat yang menunggu bubur samin yang hangat dan gurih dengan aroma harum mengundang rasa lapar.

Hingga kini masyarakat yang tinggal di kampung Jayengan ini sebagian besar merupakan keturunan orang Banjar, atau istilah yang populer di lingkungan mereka disebut Jarwo, alias Banjar Jowo. Dan mereka yang sekarang terlibat menyiapkan bubur samin inipun pada masa kecilnya sudah terbiasa mengantri untuk mendapatkan menu berbuka puasa di Masjid Darussalam ini.

Sekilas, bubur samin memang seperti bubur ayam pada umumnya. Yang membedakannya adalah bumbu rempah khusus dan penggunaan minyak samin atau minyak dari lemak kambing yang membuat bubur terasa lebih gurih dan lezat. Bubur berisi potongan daging sapi, sungsum tulang sapi, sayuran berupa wortel dan daun bawang kemudian ditambahkan susu yang membuat bubur samin semakin mantab.

 

Kegiatan memasak bubur samin ini dilakukan oleh sejumlah takmir Masjid sejak jam 11.00 sampai jam 15.00 hingga siap dibagikan setelah usai Sholat Ashar. Dan ini berlangsung setiap hari selama bulan Ramadhan tiba, dengan menghabiskan sekitar 45 kilogram beras untuk dikonsumsi sebanyak 700 orang. Dibutuhkan empat orang pekerja untuk mengaduk bubur secara bergantian, karena untuk memasak bubur proses mengaduk harus terus dilakukan hingga bubur matang dan siap untuk dibagikan.

.

Menjelang waktu berbuka puasa tiba, tepatnya selepas waktu Ashar atau sekitar pukul 15.30, masyarakat mulai berdatangan, dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka berbekal rantang dengan ukuran dan model bervarisai kemudian meletakkannya di meja dekat panci besar tempat bubur samin siap dibagikan. Dan saat usai Sholat Ashar, mulai antrian masyarakat merapat ke posisi rantang yang sudah diantrikan sebelumnya untuk silih berganti mendapatkan jatah pembagian dari takmir yang bertugas membagikan. Dan saat ini masyarakat yang datangpun sudah bukan saja dari sekitar Jayengan, melainkan dari beberapa penjuru kota Solo juga ikut mencicipi menu gratis berbuka puasa yang lezat ini. Sebuah berkah yang luar biasa peninggalan sejarah yang masih dijaga, selamat menunaikan ibadah puasa. Salam KratonPedia.

Takmir_H_Muh_1.jpg 

samin1_1.jpg 

samin2_1.jpg 

samin3_1.jpg 

samin5_1.jpg 

samin6_1.jpg 

samin7_1.jpg 

samin8_1.jpg 

samin10_2.jpg 

samin11_1.jpg 

samin12_1.jpg 

samin13_1.jpg 

samin14_1.jpg 

samin15_1.jpg 

samin16_1.jpg 

samin17_1.jpg 

samin18_1.jpg 

samin19_1.jpg 

samin20_1.jpg 

samin22_1.jpg 

(teks dan foto : Wd Asmara/KratonPedia)

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos