Wajah Pengabdian Seorang Mantri Jero

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

 MAS_LURAH_ATAS_1.jpg

Suatu sore di depan gerbang regol Magangan Kraton Kasultanan Yogyakarta, duduk seorang laki-laki paruh baya dengan mengenakan baju peranakan atau baju tradisional abdi dalem Kraton Kasultanan warna biru tua dengan motif garis-garis halus (lurik). Nama aslinya Sudarto, dan sebagai abdi dalem menyandang pangkat Mas Lurah Yudo Nantarso. Sedangkan Yudo sendiri berarti identitas dari bidang pekerjaan abdi dalem yang mengurusi  ndalem magangan atau bagian kepegawaian.

Saat itu adalah waktunya caos Mas Lurah Yudo Nantarso, yaitu tugas giliran jaga diluar jadwal rutin setiap sepuluh hari sekali pada hari pasaran wage dan bertugas penuh 24 jam. Abdi dalem yang kini berusia 55 tahun ini memulai karirnya dengan magang pada usia 25 tahun. Karena dalam jenjang karir seorang abdi dalem, semua yang masuk harus melalui proses magang dulu selama lima tahun dan tidak menerima gaji serta mengenakan baju peranakan tapi tanpa menyandang keris, baru pada lima tahun kedua naik pangkat atau munggah menjadi Jajar dengan gaji Rp.5000/bulan.

Kemudian Mas Lurah Yudo Nantarso kembali menceritakan kisah pengabdiannya dengan masuk pada kenaikan pangkat di lima tahun ketiga yaitu menjadi Bekel Nom, dan terlihat kebanggaan mengingat kenangan saat itu sudah bisa mengenakan keris. Kemudian lima tahun berikutnya naik atau munggah berpangkat Bekel Tua, dan baru lima tahun kemudian naik lagi menjadi Lurah hingga sekarang.

Mas Lurah Yudo Nantarso mempunyai cara pandang bahwa untuk menjadi seorang abdi dalem itu yang dibutuhkan hanyalah keikhlasan untuk ngalap berkah atau mengabdi demi mendapatkan kepuasan batin dan kebanggaan menyandang pangkat dan nama baru yang diamanahkan kepadanya. Bukanlah materi yang menjadi tujuannya, karena dengan menjadi abdi dalem dia yakin akan mendapatkan limpahan berkah dari sebuah pengabdian yang tulus.

Selain tugas caos, tanggung jawab sebagai abdi dalem adalah harus melaksanakan pisowanan atau masuk dengan perhitungan waktu kerja mulai jam 8 pagi hingga jam 1 siang. Sebagai abdi dalem yang memulai karir dengan magang, Mas Lurah Yudo Nantarso digolongkan dalam kelompok Punokawan, yaitu golongan non pegawai dalam tata kepegawaian Kraton. Dan pensiunan pegawai pemerintahan yang masuk menjadi pegawai kraton digolongkan dengan sebutan Keprajan.

Kini di masa tua, Mas Lurah Yudo Nantarso selain pengabdian yang dilakoninya di dalam tembok Kraton Yogyakarta, sehari-hari juga membuka usaha permak jin di sebidang tanah paringan ndalem ( tanah Kraton) di lahan bekas pasar daerah Pasar Telo dekat makam Ngotho ring road selatan Yogyakarta. Dan disitu pulalah abdi dalem yang memegang janji akan terus setia mengabdi ini tinggal bersama keluarganya.

Setiap pertemuan akan mempunyai arti kalau sedikit saja ada keinginan untuk mengenali, pengabdian dan ketulusan memberikan semangat untuk maju sambil mengenang kejayaan masa lalu dan bergerak kedepan membawa sebuah kebanggaan.Salam KratonPedia.

MAS_LURAH_1_1.jpg 

MAS_LURAH_2_1.jpg 

MAS_LURAH_4_1.jpg 

(teks dan foto : Wd Asmara/KratonPedia) 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos