Rumah Adat Bali, Warisan Arsitek Tempo Dulu

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

 rumah_bali_1_1.jpg

Sore itu cuaca cukup panas sekitar 34 derajat celcius tepatnya di sekitar pertigaan patung Kresna menuju desa adat Batuan Kabupaten Gianyar dari arah Tegal Alang , kalau dari arah kota Denpasar lokasi ini terletak sebelum Ubud. Tapi cuaca sempat drastis berubah sedikit mendung dan  turun hujan meski seharusnya sekarang musim kemarau. Sepanjang  jalan tampak seperti sebuah galeri seni yang berlantai aspal terbentang memanjang , terlihat deretan toko kerajinan dari yang kecil hingga galeri ternama.

Sampailah di sebuah komplek rumah yang tampak asri dan terlihat kuno dengan ukuran bangunan yang kecil , dari depan terlihat pagar yang mirip bangunan candi mengelilingi komplek rumah. Paling depan terdapat gapura kecil yang mirip candi bentar sebuah pura , yang berfungsi sebagai pintu masuk utama yang dinamakan angkul-angkul.

Kemudian persis di depan gapura atau angkul-angkul terdapat semacam tembok sekat  dari batu setinggi kurang lebih 150 cm , namanya aling-aling yang berfungsi sebagai pengalih jalan masuk sehingga untuk memasuki rumah harus menyamping ke arah kiri dan saat keluar nanti melalui sisi kanan dari arah masuk. Ini mempunyai tujuan agar pandangan dari luar tidak langsung bisa melihat apa yang ada di dalam. Sebuah konsep arsitektur yang apik warisan tempo dulu.

Memasuki area dalam terdapat halaman yang bersih dengan tanah yang diperkeras lapisan susunan batu krakal bulat  , sehingga saat hujan tidak ada genangan air dan tidak membuat lapisan tanah menjadi becek. Jadi fungsi halaman sebagai pori bumi untuk resapan air terjaga dengan baik.

Di dalam terdapat beberapa rumah dengan ukuran kecil dan berdiri diatas pondasi setinggi 60 cm seperti rumah panggung. Yang masing-masing mempunyai nama serta fungsi yang berbeda. Ada umah Meten sebagai rumah untuk tidur kepala keluarga yang berada di posisi terhormat , ada bale Sakepat yang merupakan bangunan dengan jumlah tiang empat dan dipergunakan untuk kamar tidur anak , ada juga bale Sakenem karena jumlah tiangnya enam yang berfungsi sama dengan bale Sakepat. Dan terdapat bale Dangin yang berfungsi untuk bersantai atau juga bisa digunakan untuk menerima tamu , tapi fungsi utamanya digunakan kalau ada upacara keluarga seperti kalau ada kematian dan hajat keluarga lainnya.

Selain itu masih ada lagi bangunan yang bersifat wajib dalam komplek rumah adat Bali , yaitu Pamerajan atau tempat peribadatan untuk keluarga yang berbentuk komplek kecil berpagar batu bata layaknya sebuah Pura . dan posisinya ada di bagian belakang pojok sebelah kiri halaman dalam komplek rumah.

Bagian lain yang menarik adalah , sebuah bangunan rumah yang sangat kuno dengan bahan bangunan terbuat dari batuan dan disatukan dengan tanah liat serta atap ijuk atau alang-alang kering. Didalamnya terdapat peralatan masak berupa tungku dari batu dan tanah liat yang sudah berumur ratusan tahun. Rumah ini dinamakan Paon , yang mirip dengan dapur orang Jawa yang disebut Pawon.

Kemudian bagian terakhir yang terletak di belakang adalah Lumbung , yang kalau dulu digunakan untuk menyimpan hasil panen untuk persediaan pangan keluarga. Kini lebih banyak berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai barang , semacam untuk gudang dan letaknya dekat dengan  sumur tradisional yang masih menggunakan alat kerekan atau timba dalam bahasa Jawa.

Rumah adat Bali ini merupakan salah satu komplek rumah yang berada di desa adat Batuan yang terletak di Kabupaten Gianyar yang berjarak kurang lebih 35 km dari kota Denpasar. Pemilik rumah ini AA Gede Raka yang sudah mewarisi dari tiga generasi pendahuluya. Kurang lebih rumah ini sudah berumur 350 tahun dan masih asli.

Arsitektur Tradisional Bali konon menurut sejarah merupakan  tatanan budaya dan tradisi masyarakat Bali yang bermula dari  kepindahan masyarakat Hindu Majapahit  yang terdesak oleh budaya Islam kerajaan Demak. Pengaruh agama Hindu yang menghormati semesta alam dan lingkungan membawa tradisi dan penghormatan pada arsitektur tradisional dimana material alam merupakan zat hidup yang harus diperlakukan dengan baik dan penuh penghormatan.

Semua proses pembuatan komplek rumah adat Bali dilakukan dengan  upacara untuk mengawali pemakaian material dan diyakini akan menciptakan keseimbangan antara arsitektur dan alam sekitarnya.  Dengan mempelajari makna rumah adat Bali ini , memberikan pemahaman bahwa para pendahulu telah mewariskan sebuah tradisi yang arif dan sebenarnya moderen  untuk pemikiran yang jauh ke depan hingga arsitektur tradisional Bali bertahan hingga ratusan tahun, dan bersinergi dengan alam.

Masih banyak yang belum terserap untuk memaknai arsitektur tradisional Bali ini , karena matahari sudah mulai redup dan sebentar lagi menghilang , maka perjalanan harus dilanjutkan kembali. Cuaca sore yang kembali cerah tanpa hujan mengiringi perjalanan di pula Dewata menuju ke cerita berikutnya , Salam KratonPedia.

rumah_bali_6_1.jpg  

rumah_bali_7_1.jpg 

rumah_bali_4_1.jpg 

rumah_bali_8_1.jpg 

(teks dan foto : Wd Asmara/KratonPedia)

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos