Tradisi Pindapatta

Foto oleh : wd asmara
Pin It

Sehari sebelum memasuki acara puncak dari Tri Suci Waisak di Candi Borobudur, para bhikkhu/bhikkhuni dari berbagai vihara yang datang untuk Waisak, berkumpul di Klenteng Liong Hok Bio, Magelang, untuk melakukan tradisi Pindapatta. Sejak pagi, mereka sudah datang ke klenteng ini, untuk berdoa sejenak secara bergantian sebelum memulai prosesi ini.

Pindapatta berasal dari bahasa Pali, yang artinya menerima persembahan makanan. Patta atau mangkuk makanan yang digunakan oleh para bhikkhu/bhikkhuni. Tradisi bagi para biksu Sangha dalam mengumpulkan sumbangan makanan ke dalam patta dari satu tempat ke tempat lainnya yang dilakukan bersama-sama dengan berjalan kaki, sembari kepala tertunduk sambil membawa patta.

Konon, ini menjadi tradisi Buddhis kuno yang telah dilaksanakan sejak zaman kehidupan Sang Buddha Gotama/Sakyamuni Buddha. Hingga kini, momentum itu sudah menjadi semacam aktivitas “wajib” yang dilakukan para anggota biksu Sangha untuk memperoleh sumbangan makanan dan dana dari para warga setempat di mana tradisi komunal ini berlangsung.

Pindapatta sendiri merupakan salah satu cara melatih “Sati” (perhatian/kesadaran murni pribadi), untuk selalu hidup sederhana, prihatin menerima apa pun tanpa membeda-bedakan, sekaligus melatih diri untuk tidak ego, serta menyadari bahwa fungsi makanan adalah untuk kebutuhan jasmani, mempertahankan keberlangsungan hidup, bukan untuk mencari kenikmatan duniawi semata.

Tradisi ini, di negara Budhis lainnya, seperti Thailand, Sri Lanka, Myanmar, Laos, biasanya para biksu yang tinggal di hutan akan keluar dari hutan di pagi buta menuju desa terdekat untuk melakukan tradisi ini. Sampai sekarang, hal itu bahkan masih terus dilakukan setiap hari, hingga menjadi momentum yang unik dan menarik bagi wisatawan.


Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos