Wayang Groove, Impian Seniman Muda Mutihan (episode-4)

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

logo_oke.jpg

Cerita wayang dari Mutihan,  dikisahkan sebuah peperangan akan terjadi antara Pandawa dan Kurawa, perang itu disebut perang Bratayuda. Meskipun banyak pihak sudah berupaya untuk mendamaikan, namun semuanya tidak membuahkan hasil. Karena menurut ramalan para Brahmana, semua itu terjadi atas takdir dari Dewata.

Diceritakan, seorang Brahmana bernama Resi Lumana mengajarkan berbagai macam ilmu kepada Kurawa dan Pandawa. Menurut Resi Lumana peperangan bisa dicegah apabila Kresna dan Semar disingkirkan, karena kedua orang inilah yang menjadi penyebabnya, begitu Resi Lumana mengajarkan pengaruhnya kepada Pandawa dan Kurawa.

Maka Arjuna dan Bratasena yang dibantu oleh para Kurawa mendapat tugas dari Resi Lumana untuk melaksanakan misi tersebut. Namun misi untuk menghabisi Kresna dan Semar tidak berhasil dilaksanakan. Dan cerita wayangpun terus bergulir dengan kemasan lebih baru, lebih muda, dan lebih ngegroove. Perpaduan seni pertunjukan wayang kulit, wayang orang serta panggung musik yang secara langsung disuguhkan diatas panggung besar dengan kolaborasi antara dua dalang, DJ, hip hop,  keroncong, musik tradisi, band dan banyak lagi elemen pendukung yang mengantarkan cerita lebih mudah dinikmati oleh banyak generasi.

5.jpg  Plenthe selalu berbagi ilmu untuk kemajuan kesenian musik tradisional. 

Plenthe menebar racun, dalam mengantarkan cerita demi cerita yang dibagi dalam lima segmen utama, Plenthe mengaku mempunyai formula untuk membuat aspek dramatis dan daya tarik pertunjukan menjadi tidak membosankan atau membuat penonton tidak kelelahan. Dia menyebut formula itu dengan istilah racun, “Dalam lima segmen itupun akan dipecah lagi menjadi beberapa sub segmen yang akan diisi dengan racun-racun untuk menghidupkan panggung pertunjukan” Plenthe menjelaskan dengan penuh semangat. Dan yang dimaksud racun itu sendiri masih tersimpan dalam benak Plenthe, setidaknya akan ada waktunya untuk mengeluarkan formula tersebut saat pagelaran nanti.   

Permainan live music  dengan variasi jenis aliran yang dikolaborasikan dengan nuansa musik etnik akan menjadi sajian utama dalam suguhan kisah wayang groove hingga sampai pada akhir cerita. Sementara untuk kostumnyapun sudah ada tim yang akan menyiapkan dengan desain yang bernuansa batik dan bergaya kontemporer, tapi tidak terlepas dari penggambaran tokoh-tokoh yang ada dalam kisah pewayangan.

3.jpg  Teh panas manis dan "nyamikan" atau makanan kecil sebagai pelengkap obrolan di Mutihan. 

Latihan,latihan dan latihan, setiap hari kehidupan di rumah Mutihan tidak pernah lepas dari latihan. Bukan saja untuk persiapan mewujudkan mimpi pagelaran wayang groove, tapi itu memang sudah menjadi menu wajib bagi Plenthe dan semua personel komunitas rumah Mutihan. Pada bulan November hingga Januari tahun depan Plenthe dan kawan-kawan rumah Mutihan mendapat order  pementasan untuk permainan perkusi dan musik etnik di beberapa kota hingga ke luar Jawa. Aktifitas latihan dan membuat komposisi musik adalah kehidupan yang dijalani setiap hari oleh personel penghuni rumah Mutihan.

Rumah Mutihan menjadi tempat berbagi ilmu untuk beberapa orang muda berbakat. Seperti contohnya Jerry, yang sejak usia sekolah dasar dekat dengan Plenthe serta beberapa personel rumah Mutihan. Dan kemudian bergabung dengan kelompok musik Pararimba saat menginjak usia remaja, yang juga dikomandani oleh Plenthe. Saat bergabung dengan Pararimba, sosok Jerry muda masih bergaya punk dengan gaya rambut yang khas serta tindik memenuhi wajahnya. Pararimba mempunyai keunikan khusus, yaitu personelnya berasal dari latar belakang kehidupan sosial yang beragam, mulai dari anak punk, preman, pemulung, pengamen, hingga anak kuliahan. Saat ini Jerry yang juga mahir beratraksi dengan sepeda mininya, tengah menjalani masa pendidikan formal di SMKI jurusan karawitan, dan itu menurut Jerry sebagai bagian dari rencananya mewujudkan impian untuk menjadi seorang arranger besar saat dia dewasa nanti. Salah satu gaya yang mewakili generasinya adalah, Jerry memasukkan unsur karawitan dalam permainan musik hardcore bersama grup bandnya.

6.jpg  Jerry, "Aku mau jadi arranger besar".

Jerry hanyalah salah satu gambaran dari sekian banyak orang muda dengan latar belakang sosial yang dinilai kurang positif oleh sebagian masyarakat, namun disatukan oleh kecintaan terhadap  musik moderen sekaligus juga musik tradisi di rumah Mutihan. Dan rumah mungil tersebut selalu terbuka untuk menerima Jerry-Jerry lain yang mempunyai minat dan bakat untuk maju serta berani punya mimpi.

Rumah Mutihan beberapa hari ini terasa semakin dingin, kini Plenthe dan komunitas rumah Mutihan tidak lagi harus berlatih  dalam ruangan yang panas, karena sebuah pendingin ruangan sudah terpasang di ruang depan rumah Mutihan. Dan sebuah studio kecil yang tadinya difungsikan ganda sebagai kamar untuk tidur, sekarang sudah disulap menjadi studio rekaman yang lebih canggih dengan tehnologi “dahndog”. Dahndog adalah singkatan dari wadah endog atau tempat telur, karena tempat telur tersebut yang digunakan sebagai pelapis dinding kamar studio rekaman untuk meredam suara, dan hasilnya sangat efektif sebagai peredam sekaligus keren dan kreatif. Ketelatenan dan semangat berkarya, secara perlahan membawa perubahan dan kemajuan untuk rumah Mutihan.

10.jpg  Studio "dahndog", tempat telur yang berfungsi sebagai peredam suara. 

Berencana ke Jakarta, dalam bulan ini sebenarnya Iwan Juprex, Plenthe dan Bangkit mempunyai keinginan untuk ke Jakarta. Meskipun rencana keberangkatan mereka untuk pentas di Taman Ismail Marzuki Jakarta di minggu kedua bulan November lalu telah gagal, tapi semangat untuk terus maju membuat mereka terus berupaya mencari mitra untuk bisa mewujudkan impian wayang groove. Semua proses yang telah mereka lalui dengan pahit manis yang selalu datang silih berganti, menjadi pendorong bagi Plenthe dan kawan-kawan rumah Mutihan untuk tetap semangat, dan melangkah maju. Salam Kratonpedia.

4.jpg  Ruang tamu yang kini makin dingin.

11.jpg  Tunggul beraksi dengan gendang set di studio barunya. 

7.jpg  Malam minggu, saat yang menyenangkan bagi Plenthe dan kerabat berkumpul di rumah Mutihan. 

8.jpg            Waktu santai, Pese bermain sapek, alat musik petik tradisional dari  Kalimantan.

1.jpg          Dini hari, saat perut kosong, angkringan di mulut gang Mutihan menjadi teman setia. 

 (teks dan foto : Wd Asmara/Kratonpedia)

 


Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos